SETIDAKNYA ada dua kejadian terkait aksi kelompok bersenjata api di kerusuhan 22 mei lalu. Kelompok pertama menggunakan senjata api untuk membuat chaos dengan memunculkan martir. Sementara kelompok lainnya, diduga merencanakan pembunuhan terhadap 4 tokoh negara dan 1 pimpinan lembaga survei.
Setidaknya inilah yang dapat dirangkum dari kejadian demi kejadian yang muncul dan terbuka belakangan.
Sejalan dengan temuan ini, pada keterangan Pers pekan lalu, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengungkapkan bahwa pada tanggal 22 Mei 2019 lalu, saat kerusuhan terjadi di 3 titik di Jakarta Pusat dan Jakarta Barat, tak seberapa jauh dari Gedung Bawaslu, ada sekelompok orang yang menyiapkan rencana pembunuhan terhadap sejumlah pejabat negara.
"Ada Pak Wiranto, Menko Polhukam, Ada Pak Luhut, Menko Maritim. Lalu ada Pak Kepala BIN, dan juga ada Pak Gories Mere," ujar Tito.
Kapolri memastikan, informasi tersebut bukan berasal dari informasi intelijen.
"Ini dari hasil pemeriksaan tersangka. Jadi bukan informasi intelijen. Kalau informasi intelijen tidak perlu pro justicia," lanjut dia.
Saya melakukan penelusuran di Program AIMAN yang akan tayang malam nanti, Senin (3/6/2019) pukul 20.00 wib di KompasTV, terhadap para kelompok bersenjata api ini.
Saya mendatangi dua lokasi yang merupakan kediaman dan asal dari dua tersangka yang disebutkan Polisi, HK dan TJ.
Saya mendapatkan fakta menarik. Tiga dari enam tersangka yang ditetapkan polisi adalah mantan anggota TNI yang telah diberhentikan secara permanen karena terlibat sebuah kasus.
HK adalah mantan prajurit TNI Angkatan Darat. Ia diinformasikan pernah mengikuti beberapa operasi khusus Militer, di antaranya perang Timor-Timur di era tahun 1990-an silam.
Sementara, TJ adalah mantan prajurit TNI Angkatan Laut. Perawakannya tinggi besar dan memiliki intelegensi yang baik. Itulah alasan ia dipilih sebagai prajurit pilihan.
Namun sekitar 10 tahun lalu ia tersandung sebuah kasus dan membuatnya diberhentikan permanen dari dinas di kesatuannya.
Sedangkan satu-satunya tersangka perempuan yang berinsial AF adalah istri seorang Mayor Jenderal TNI Purnawirawan.
Cukup sulit untuk mewawancarai warga di sekitar rumah HK dan TJ. Para tetangga menolak untuk diwawancara. Akhirnya, saya menemukan seorang tetangga yang berhasil saya yakinkan dan bersedia diwawancara. Ia mengaku mengenal dekat HK.
Saya bertanya kepadanya tentang kegiatannya sehari-hari dan jelang 22 Mei. Ia bercerita banyak pada saya. Di antaranya, menurut dia, tak ada satu pun tetangga yang mengetahui apa persisnya pekerjaan HK. Padahal, HK telah tinggal di kompleks perumahan itu sekitar tujuh tahun lamanya.
Begitu juga dengan TJ. Tak banyak tetangga yang tahu apa pekerjaan TJ selepas ia diberhentikan dari dinas tentara sekitar lima tahun lalu.
Wawancara lengkap para tetangga ini akan ditayangkan lengkap di Program AIMAN senin malam ini.
Kita beralih ke kelompok kedua yang diduga beroperasi saat kerusuhan 21-22 Mei 2019. Setidaknya, ada dua data yang saya dapatkan.
Pertama, delapan orang yang tewas akibat kerusuhan itu disebabkan oleh senjata "single bullet" alias peluru tajam tunggal dari senjata yang diduga pistol.
Kedua, senjata asal peluru itu meluncur bukan milik pihak keamanan karena ulir gerak pelurunya berbeda.
Informasi ini saya dapat dari profesor yang pernah bertugas di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan kini menjadi guru besar pada Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (UBHARA JAYA), Hermawan Sulistyo.
"Korban-korban di kerusuhan 22 Mei itu terkena peluru tajam. Dan bukan dari pihak keamanan, karena ulir gerak pelurunya berbeda!" kata Kiki, panggilan Hermawan Sulistyo.
Sementara Ketua Komnas HAM Taufan Damanik juga mengatakan hal yang sama pada saya.
"Ada kemungkinan peluru tajam ini berasal dari pistol, dugaannya digunakan peluru kaliber khusus," ungkap Taufan.
Pertanyaannya kini, apakah kedua kelompok bersenjata api itu sosok yang sama atau kelompok yang berbeda?
Hanya penyelidikan tuntas yang bisa menjawabnya, termasuk mengungkap auktor intelektualis yang telah memberikan uang ratusan juta rupiah kepada kelompok bersenjata api yang hendak membunuh tokoh negara.
Faktanya terang benderang dari sisi potensi penyelidikan, meski membutuhkan "political will" dalam mengungkapnya.
Akankah dituntaskan?
Saya Aiman Witjaksono...
Salam!
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.