Orang yang sebelumnya telah terdaftar dalam radiogram langsung ditangkap dan dibunuh.
Keberadaan gerakan ini juga mendapat "dukungan" masyarakat. Informasi mengenai lokasi dan tempat tinggal yang ada dalam radiogram didapat Gantung dari masyarakat.
"Masyarakat seolah-olah percaya bahwa sekelompok orang itu merupakan utusan pemerintah. Makanya, gerakan itu disahkan oleh negara," ujar Latif.
Gerakan semakin masif karena kontrol pemerintah kurang saat itu. Kekuasaan Orde Baru melemah seiring terjadinya kerusuhan Mei 1998 yang diikuti jatuhnya Presiden Soeharto.
Pemeritah mulai mendengar desas-desus ini dan membantah bahwa Gantung merupakan kepanjangan tangan pemerintah atau aparat keamanan. Tak lama setelah itu, masyarakat mulai memahami dan semakin menjauhi gerakan itu.
Namun, muncul kelompok lain yang dikenal dengan istilah "Ninja". Tak banyak informasi mengenai dari mana kelompok ini berasal. Nama mereka pun didapat dari pakaian yang dikenakan untuk menutupi wajah.
"Penamaan ninja berasal dari wartawan yang ketika itu melihat orang ini," ucap Latif.
Biasanya, Ninja menggunakan pakaian serba hitam dan melakukan pembunuhan tanpa mengenal waktu dan tempat.
Siang hari, mereka juga tak segan-segan melakukan pembunuhan. Bahkan, banyak yang mengatakan bahwa Ninja bisa terbang dan meloncat dari rumah ke rumah.
Ninja ternyata lebih kejam dalam membunuh sasaran. Tak hanya hanya orang yang dianggap dukun santet, Ninja juga menghabisi ulama, ustaz, dan tokoh agama di wilayah Banyuwangi.
Muncul ketakutan di masyarakat Banyuwangi karena kelompok Ninja bergerak dengan bebas. Polisi dianggap kesulitan mengatasi aksi Ninja.
Akibatnya, banyak orang yang mulai mengungsi untuk cari tempat aman. Selain itu, penjagaan swadaya juga dilakukan warga.
Label yang menunjukkan nama di rumah seseorang juga dicopot untuk menghindari keberingasan para Ninja. Beberapa orang mengatakan bahwa para Ninja memiliki badan yang tegap dan berbahasa Indonesia.
Melihat maraknya aksi ini, muncul desakan dari ulama Jawa Timur kepada pemerintah pusat.
Mereka juga menuntut pemerintah mengusut dan menindak tegas sesuai hukum para auktor intelektualis dan semua pihak yang bertanggung jawab dalam peristiwa berdarah di Banyuwangi.
Baca juga: Komnas HAM Ungkap Hasil Penyelidikan Kasus Pembunuhan Dukun Santet 1998-1999
Tak lama setelah itu, pemerintah mulai menurunkan tim dan terjun ke Banyuwangi. Banyak orang yang sebelumnya melakukan pembunuhan terhadap dukun ditangkap dan diadili.
Sampai sekarang, tragedi Geger Santet dikenang sebagai peristiwa kelam di Banyuwangi. Agar stigma Banyuwangi tak identik dengan magis, pemerintah setempat pun melakukan sejumlah upaya. Salah satunya adalah dengan menonjolkan sektor pariwisata.
Secara perlahan, citra Banyuwangi dikenal sebagai tempat dengan berbagai lokasi wisata yang indah. Berbagai hal tentang santet pun tak lagi identik dengan wilayah yang masuk ke dalam kawasan tapal kuda Jawa Timur itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.