JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Center of Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes memprediksi beberapa partai pengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga akan mengubah arah dukungannya usai penghitungan suara Pilpres diumumkan.
Namun, dia menyarankan agar pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf menolak permintaan itu.
"Menurut saya lebih bagus Presiden tolak saja," ujar Arya ketika dihubungi, Senin (13/5/2019).
Baca juga: Sekjen Nasdem Sebut Koalisi Jokowi Siap Bekerja Sama dengan Parpol Pendukung Prabowo di Parlemen
Alasannya adalah untuk menghindari budaya politik pragmatis. Menurut Arya, partai politik harus menyadari bahwa koalisi merupakan komitmen yang harus dibentuk sejak awal. Bukan malah bergabung di tengah jalan.
"Jadi biar memberi kesan ke partai, kalau anda mau koalisi ya harus sejak awal. Harus berjuang bersama sejak awal, bukan di akhir. Ini untuk membangun budaya ke partai bahwa mereka jangan pragmatis gitu," ujar Arya.
Baca juga: Partai Demokrat dan PAN Berpotensi Keluar dari Koalisi Prabowo-Sandiaga
Alasan lainnya adalah untuk menjaga keseimbangan di parlemen. Tanpa partai koalisi Prabowo-Sandiaga bergabung ke koalisi Jokowi-Ma'ruf, perbandingan kursi di DPR sudah 60:40.
Partai pendukung Jokowi-Ma'ruf menguasai lebih kurang 60 persen kursi di DPR dan partai pendukung Prabowo-Sandiaga menguasai sisanya.
Jika partai pendukung paslon 02 berbalik mendukung paslon 01, artinya Koalisi Indonesia Kerja akan semakin menguasai parlemen.
Baca juga: Pengamat: Koalisi Prabowo-Sandiaga Sudah Retak sejak Awal
Arya khawatir pemerintahan Jokowi-Ma'ruf ke depan kurang mendapat kritik membangun dari parlemen.
"Ini membuat parlemen menjadi mandul. Kalau komposisi yang sekarang sebenarnya tetap tidak imbang, pendukung 01 tetap lebih tinggi. Tetapi paling tidak pemerintah ada sparing partner-nya agar demokrasi ini juga bekerja dengan baik," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.