Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Refleksi Politik dari India dan Perancis

Kompas.com - 09/05/2019, 15:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDONESIA perlu belajar dari peristiwa politik terbaru India. Kekalahan partai pemerintah, BJP, di negara bagian Hindi Madhya Pradesh, Rajasthan, dan Chhattisgarh, benar-benar menjadi pukulan telak bagi rezim Modi karena ketiga negara bagian tersebut adalah benteng pertahanan utama Partai BJP.

Hasil pemilu tersebut adalah cerminan peningkatan kekecewaan atas kinerja partai BPJ, baik di New Delhi maupun di daerah-daerah yang menjadi basis kekuasaannya.

Sebaliknya, kondisi tersebut pun menunjukkan semakin moncernya citra Partai Kongres sebagai partai alternatif yang kredibel dan siap menggantikan Partai BJP di pemerintahan India.

Dari beberapa analisis yang muncul, kegagalan di bidang ekonomi adalah biang keladi utama penyebab kekecewaan publik India, yang mana juga layak dijadikan bahan introspeksi dan refleksi oleh Joko Widodo dan koalisi politiknya.

Beberapa alasan tersebut antara lain kebijakan Narendra Modi yang mengabaikan sektor pertanian, padahal 60 persen penduduk India bergantung pada sektor tersebut sebagai sumber penghasilan utamanya.

Seringnya gagal panen, skema asuransi hasil pertanian yang lebih berpihak kepada perusahaan asuransi dibanding kepada petani, kurangnya perhatian pada irigasi, masalah kredit, harga hasil pertanian, hingga masalah input, telah menyebabkan peningkatan tertinggi jumlah petani yang bunuh diri di India.

Dengan kata lain, tekanan beban hidup yang tinggi di daerah perdesaan semakin berat, hampir sama dengan kondisi di negara kita di mana inflasi di desa acap kali lebih tinggi dari tingkat inflasi di perkotaan.

Oleh karena itu, di India, pemerintah di tingkat pusat maupun daerah menjadi target pelampiasan kekecewaan tersebut.

Tepat sebelum pemilu di tiga wilayah tersebut, ribuan petani turun ke jalan di New Delhi meminta agar pemerintah bertindak riil untuk meringankan beban hidup mereka.

Alasan kedua, kekeliruan kebijakan yang dibuat oleh BJP yang berakibat melemahkan dukungan terhadap petahana. Kekeliruan tersebut berupa kebijakan demonetisasi pemerintahan Modi pada tahun 2016 yang dianggap ceroboh.

Kebijakan tersebut telah menjadi bencana bagi ekonomi India. Akibat dari skema kebijakan tersebut, pertumbuhan ekonomi India diperkirakan terpangkas 1,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) yang seharusnya.

Kebijakan itu pun ikut memukul pendapatan masyarakat perdesaan dan pekerja upahan yang rezekinya sangat bergantung pada aliran dana tunai.

Sampai hari ini, pekerja petani miskin di India bahkan belum pulih akibat kebijakan itu. Usaha menengah, kecil dan mikro (UMKM), yang menjadi tulang punggung perekonomian India, juga banyak yang gulung tikar akibat dari kebijakan demonetisasi dan tidak pernah mampu bangkit lagi sehingga jutaan orang menjadi terlempar ke jurang pengangguran.

Ketiga adalah peningkatan pengangguran di bawah pemerintahan BJP. Modi tidak mampu memenuhi janji kampanye bahwa partainya akan menciptakan lapangan kerja sebanyak 20 juta per tahun atau sekitar 100 juta pekerjaan selama pemerintahannya. Janji tersebut kini tinggal impian dan janji semata.

Kenyataannya, pemerintahan Modi hanya mampu mencetak 1,5 juta lapangan kerja, jauh panggang dari api.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 19 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Megawati Serahkan ‘Amicus Curiae’  ke MK, Anies: Menggambarkan Situasi Amat Serius

Megawati Serahkan ‘Amicus Curiae’ ke MK, Anies: Menggambarkan Situasi Amat Serius

Nasional
Megawati Ajukan Amicus Curiae, Airlangga: Kita Tunggu Putusan MK

Megawati Ajukan Amicus Curiae, Airlangga: Kita Tunggu Putusan MK

Nasional
Bupati Sidoarjo Tersangka Dugaan Korupsi, Muhaimin: Kita Bersedih, Jadi Pembelajaran

Bupati Sidoarjo Tersangka Dugaan Korupsi, Muhaimin: Kita Bersedih, Jadi Pembelajaran

Nasional
Airlangga Sebut Koalisi Prabowo Akan Berdiskusi terkait PPP yang Siap Gabung

Airlangga Sebut Koalisi Prabowo Akan Berdiskusi terkait PPP yang Siap Gabung

Nasional
Dikunjungi Cak Imin, Anies Mengaku Bahas Proses di MK

Dikunjungi Cak Imin, Anies Mengaku Bahas Proses di MK

Nasional
AMPI Resmi Deklarasi Dukung Airlangga Hartarto Jadi Ketum Golkar Lagi

AMPI Resmi Deklarasi Dukung Airlangga Hartarto Jadi Ketum Golkar Lagi

Nasional
MK Ungkap Baru Kali Ini Banyak Pihak Ajukan Diri sebagai Amicus Curiae

MK Ungkap Baru Kali Ini Banyak Pihak Ajukan Diri sebagai Amicus Curiae

Nasional
Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Nasional
Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Nasional
Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Nasional
TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

Nasional
Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Nasional
Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com