JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan, Detasemen Khusus (Densus) 88 Anteror Polri diharapkan fokus mewaspadai tempat keramaian yang terdapat banyak anggota kepolisian dan warga negara asing.
Hal itu menyusul penangkapan delapan terduga teroris yang tergabung dalam jaringan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Lampung. Mereka berencana akan melakukan aksi amaliah di Jakarta saat pengumuman hasil Pemilu 2019 dan di pos polisi Jati Asih, Bekasi.
"Tempat keramaian harus jadi fokus pengamanan, selain pengamanan agenda pemilu," ujar Chaidar kepada Kompas.com, Selasa (7/5/2019).
Baca juga: 5 Fakta Penangkapan Terduga Teroris JAD Lampung, Kelompok Terstruktur yang Diawasi Ketat Polri
Chaidar menuturkan, Densus 88 perlu terus mewaspadai potensi sasaran lain dari para teroris yang ingin melakukan aksi amaliah.
Merujuk aksi teror yang ada di luar negeri, seperti di Sri Lanka dan Filipina, sasaran aksi teror ialah tempat keramain yang terdapat banyak anggota kepolisian dan WNA.
Selain itu, lanjutnya, kelompok JAD Lampung juga memiliki modal sumber daya manusia dan logistik yang mumpuni untuk melakukan aksi teror.
Baca juga: Polri Sebut Pimpinan JAD Lampung Telah Dipantau Sejak 2014
"Mereka telah melakukan pengaderan secara struktural yang melibatkan sejumlah orang di luar Lampung. Selain itu, sejumlah simpatisan jaringan teroris tersebut juga telah mengumpulkan uang untuk merencanakan aksi teror," ungkapnya kemudian.
Seperti diketahui, Densus 88 Antiteror Polri menangkap delapan terduga teroris jaringan JAD Lampung di Bekasi, Tegal, dan Bitung (Sulawesi Utara) pada Kamis (2/5/2019), Sabtu (4/5/2019), dan Minggu (6/5/2019). Mereka adalah RH, M, SL, AN, MC, MI, IF, dan T.
Baca juga: Teroris di Bekasi Akan Ledakkan Bom ketika Pengumuman Hasil Rekapitulasi KPU
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Dedi Prasetyo menuturkan, delapan terduga teroris tersebut merupakan sebuah kelompok yang terstruktur yang dikomandoi oleh SL.
"Kelompok terduga teroris inisial SL adalah jaringan terorisme yang terstruktur, artinya mereka sangat kuat. Mereka sudah dimonitor sejak 2014 dan disahkan oleh JAD Indonesia yang dipimpin Komandan Abdul Rahman," pungkas Dedi dalam konferensi pers di Gedung Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (6/5/2019).