Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Algooth Putranto

Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI).

"Ohana", Pak Prabowo?

Kompas.com - 03/05/2019, 18:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


Partai keluarga

Pasca-gagalnya Prabowo bertarung dalam konvensi Partai Golkar tahun 2004, keluarga Pak Soemitro pun membentuk Partai Gerindra menjelang Pemilu 2009.

Melihat struktur pengurus Partai Gerindra, jelas ini adalah partai keluarga serupa partai-partai lain di Indonesia.

Dinasti politik yang ditunjukkan Partai Gerindra bukanlah sesuatu yang buruk. Amerika Serikat pernah memiliki dinasti Kennedy maupun Bush. Sementara di Indonesia pun memiliki Partai Demokrat dan PDI Perjuangan.

Dengan jargon berdikari dan kerakyatan, sejarah mencatat Prabowo berhasil menarik simpati pemilih. Sayang ketika beraliansi dengan pemimpin PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri dan gagal mengalahkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.

Meski gagal pada Pilpres 2009, aliansi Gerindra-PDI Perjuangan sukses dengan mengantarkan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama memenangi Pilgub DKI 2012.

Sayang aliansi ini pecah jelang Pemilu 2014, Joko Widodo dan PDI Perjuangan berbalik bertarung melawan Prabowo dan Gerindra.

Pil pahit kembali hadir ketika pasangan Prabowo dan besan Susilo Bambang Yudhoyono, Hatta Rajasa kalah pada Pemilu 2014.

Kekalahan yang sejatinya sudah terlihat dari tipisnya deferensiasi jargon politik yang ditempuh kedua kontestan dalam Pemilu 2014, terlihat dari tipisnya perolehan suara akhir.

Kekalahan kali kedua yang rupanya diakui atau tidak telah mengubah pola komunikasi politik Prabowo selama lima tahun terakhir.

Jika pada awal kemunculannya Prabowo dan Partai Gerindra mencitrakan diri sebagai partai nasionalis dengan visi kerakyatan dan kemandirian (partai tengah), menjelang Pilgub DKI 2017 justru larut dalam citra superioritas agama (partai kanan).

Perubahan pola tersebut memang terbukti berhasil dengan kemenangan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dan terus dilanjutkan secara sadar menuju Pemilu 2019. Sayang, keluarga Prabowo tidak bisa memungkiri konsep diri yang telah terbentuk di keluarga mereka.

Meminjam konsep diri (The Self) George Herbert Mead, yang merupakn inspirator bagi Erving Goffman, maka sangat terlihat bagaimana Prabowo Subianto yang dibesarkan dalam keluarga yang plural dan terbuka menjadi terbata-bata menyesuaikan diri dengan konsep komunikasi politik saat ini.

Sayangnya, ketidaknyamanan seorang Prabowo kerap secara tidak sadar dipertontonkan dan oleh kemajuan teknologi komunikasi yang semakin instan begitu mudah viral.

Tanpa proses saring layaknya media massa, publik dengan mudah melakukan justifikasi terhadap apa yang terjadi berdasarkan kesadaran yang mereka miliki masing-masing.

Hal serupa juga terjadi dalam beberapa kali pidato kemenangan hasil hitung cepat Pilpres 2019 yang dilakukan Prabowo Subianto, yang ironisnya justru berbuah surutnya langkah dukungan mitra koalisi Gerindra.

Alih-alih mendapat dukungan elit PAN, PKS, dan Demokrat, sosok yang masih berada di garda terdepan adalah Direktur Komunikasi dan Media Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Hashim Djojohadikusumo yang tak lain adik Prabowo.

Pekan ini, seiring angka-angka suara yang berubah seiring "real count" Pilpres 2019 menjadi pertanyaan sangat penting: kemana suara keluarga besar Prabowo Subianto ketika mitra koalisi Gerindra satu per satu mundur teratur?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Nasional
Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Nasional
Menerka Nasib 'Amicus Curiae' di Tangan Hakim MK

Menerka Nasib "Amicus Curiae" di Tangan Hakim MK

Nasional
Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Nasional
Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Nasional
Sejauh Mana 'Amicus Curiae' Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Sejauh Mana "Amicus Curiae" Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Nasional
Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Nasional
TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

Nasional
Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Nasional
Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Nasional
Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 'Amicus Curiae'

Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 "Amicus Curiae"

Nasional
Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangi Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangi Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Nasional
Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | 'Amicus Curiae' Pendukung Prabowo

[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | "Amicus Curiae" Pendukung Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com