JAKARTA, KOMPAS.com - Meski rekapitulasi suara masih menunggu pengumuman resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU), namun hasil Pemilu 2019 sedikit banyak sudah tergambar dalam hitung cepat sejumlah lembaga survei.
Konfigurasi kekuatan partai politik pendukung pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin ke depan juga sudah mulai tergambar.
"Sebenarnya kalau dilihat dari hitung-hitungan, sudah ada kan PDI Perjuangan itu dapat berapa, Golkar dapat berapa dan sebagainya," ujar anggota Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Pramono Anung, saat dijumpai di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Jumat (3/5/2019).
Baca juga: Istana Ingin Kekuatan Koalisi Jokowi di Parlemen Capai 80 Persen
Berdasarkan hitung cepat itu pula, partai politik pendukung pemerintah diprediksi akan memiliki porsi di atas 50 persen di parlemen.
Dengan gambaran itu, lanjut Pramono, sebenarnya cita-cita di dalam mewujudkan suatu pemerintahan yang kuat sudah berada di depan mata.
"Apakah sudah lebih dari 50 persen atau belum? Ternyata sudah kan. Sehingga bayangan terhadap sistem pemerintahan yang kuat sudah di depan mata, karena presiden beserta parpol pendukung utamanya berada di koalisi yang sama," ujar Pramono.
Baca juga: Pemerintahan Jokowi Diharapkan Lebih Maju soal Rencana Pindah Ibu Kota
Lantas, apa Jokowi-Ma'ruf masih berupaya menambah kekuatan di parlemen? Pramono menegaskan, keputusan itu ada pada capres dan cawapres yang diusung.
"Apakah kemudian ada tambahan atau enggak? Itu kewenangan sepenuhnya ada di Pak Presiden," ujar Pramono.
Ia menekankan, politik bersifat dinamis sehingga potensi penambahan di barisan parpol pendukung Jokowi-Ma'ruf ke depan, terbuka lebar.
Baca juga: Waketum PAN: Komitmen Kami di Koalisi Prabowo-Sandi Hanya Sampai Pilpres
Pertemuan-pertemuan antara Jokowi dengan tokoh-tokoh politik pun salah satunya demi penjajakan itu.
Setelah bertemu Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono Kamis kemarin, Pramono meyakini, Jokowi juga akan bertemu dengan sejumlah tokoh politik lain.
"Politik itu kan dinamis, selalu bergerak. Mungkin tidak hanya hanya berhenti pada Mas AHY saja, mungkin juga yang lain-lain," ujar Pramono.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.