Salah satu kalimat "Menolak Upah Murah" tertulis di pagar jembatan itu.
Massa membawa bendera warna hitam dengan lambang A dalam lingkaran, di mana lambang tersebut biasa diartikan sebagai lambang Anarkis.
Tak hanya itu, bendera berwarna merah hitam, bendera dari Anarko Sindikalisme juga dibawa massa tersebut.
Baca juga: Kelompok Baju Hitam Beraksi di Malang saat May Day, Rusak Jembatan Cagar Budaya
Aksi peringatan hari buruh juga dilakukan oleh dua jurnalis di Kediri, Jawa Timur. Keduanya melakban mulut dan membentangkan poster berisi curhatan kesejahteraan profesi jurnalis.
Mereka juga melakukan aksi keliling kota menggunakan motor Vespa yang telah dihias.
Saat berada di tempat strategis, seperti mall, taman makan pahlawan, dan kantor polisi mereka berhenti dan melakukan aksi pembentangan poster.
Tulisan dalam poster tersebut antara lain "gaji kecil nggak bisa ngemall" dan "Kerja 24 jam, Nggak ada duit lembur".
Baca juga: Peringati Hari Buruh, Jurnalis di Kediri Lakban Mulut hingga Ziarah Makam Marsinah
Noda hitam peringatan May Day di Bandung dikarenakan tindak kekerasan dan intimidasi oknum polisi kepada dua jurnalis foto yang tengah bertugas saat itu.
Dikabarkan, fotograter Tempo Prima Mulia dan jurnalis freelance Iqbal Kusumadireza berkeliling di kawasan Gedung Sate pukul 11.30 WIB guna memantau kondisi pergerakan buruh.
Di kawasan Jalan Singaperbangsa dan Dipatiukur, kedua jurnalis tersebut melihat adanya keributan antara polisi dan massa berbaju hitam.
Menurut Prima dan Reza, massa baju hitam itu dipukuli oleh polisi. Sontak, keduanya mengambil gambar ke arah kejadian.
Setelah pindah ke lokasi lain, Reza dihampiri oleh seorang polisi. Menurut dia, polisi itu dari satuan Tim Prabu Polrestabes Bandung.
Sempat dibentak dan ditanyai statusnya, Reza menunjukkan identitas pers miliknya.
Sambil menginjak lutut dan tulang kering kaki kanan Reza, oknum polisi itu mengambil kamera yang dipegang jurnalis freelance tersebut. Polisi tersebut menghapus beberapa gambar yang ada di kamera Reza.
Sedangkan, Prima didatangi tiga polisi berseragam preman dan diancam untuk menghapus foto-fotonya.