Tentu pengaruh kepentingan politik penguasa sangat besar, tetapi itu lazim terjadi di setiap periode kekuasaan, apalagi kekuasaan yang baru satu kali berkuasa alias masih memiliki kesempatan satu kali lagi untuk berkuasa. Itu pun tak salah, toh secara politik masih terbilang rasional.
Yang jadi persoalan adalah ketika kekuasaan digunakan secara bebas untuk kepentingan kemenangan.
Artinya, saat kekuasaan ikut memainkan kartu-kartu bergenre curang, tak adil, busuk, main belakang, dan sejenisnya, tak ada kekuatan sah yang bisa mengontrolnya. Maka, saat itulah bencana politik menerjang tatanan demokrasi.
Sampai di sini, tentu kita sudah bisa memahami bahwa proses dan dinamika politik sampai hari ini masih terus bergulir. Artinya, klaim ini dan itu di ranah politik selayaknya dianggap sebagai aksi politik juga.
Dengan begitu, reaksinya tentu sebaiknya dengan reaksi politik. Bukankah sebelum proses elektoral kita sudah terbiasa dengan aksi reaksi politik seperti itu, yang terkadang terkesan berlebihan dan sepele, namun terkadang juga terkesan kekanak-kanakan, lebay, dan kurang etis.
Sampai titik itu, kita nyaris tak khawatir sama sekali kalau negara ini akan berantakan dan terpecah-belah.
Sebelum pemilihan berlangsung, baik sebelum atau di saat masa kampanye, Prabowo memang sudah seperti itu political style-nya, misalnya, dan saya yakin saat keputusan final yang sama-sama dianggap kredibel oleh semua pihak diumumkan, maka Prabowo akan memperlihatkan sikap layaknya tahun 2014.
Bahkan saya juga yakin, jika beliau kalah, beliau akan hadir pada acara pelantikan lawan tandingnya di Gedung MPR/DPR nanti.
Jadi sebenarnya tak ada alasan bagi kita untuk memelihara kekhawatiran yang berlebihan atas sikap politik yang diambil oleh pasangan calon nomor urut 02 selama dilakukan dalam ranah politik.
Jangan sampai ketakutan dan kekhawatiran yang diperlihatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menebar ketakutan atas sikap politik salah satu pasangan.
Tak ada yang salah dengan asumsi kecurangan, mari kita terima asumsi tersebut. Asumsi semacam itu tentu membutuhkan pembuktian dan verifikasi.
Maka, sudah selayaknya pemilik asumsi untuk membuktikan asumsinya di hadapan hukum dan berdasarkan aturan main yang ada. Sesederhana itu saja sebenarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.