JAKARTA, KOMPAS.com - Perwakilan tim gabungan Polri untuk penanganan kasus penyerangan terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan menemui Pimpinan KPK, Rabu (24/4/2019).
Perwakilan tim yang menemui pimpinan KPK, seperti Ketua Setara Institute Hendardi; Komisioner Kompolnas Poengky Indarti; Guru besar hukum pidana Universitas Indonesia, Indriyanto Seno Adji, dan dua mantan Komisioner Komnas HAM yaitu Nur Kholis dan Ifdhal Kasim.
"Kami tentu harus membangun suatu kepercayaan dan persepsi yang sama dengan pimpinan KPK. Karena itu kami, setelah tiga bulan bekerja kami mendapat mandat dari Kapolri 8 Januari sampai dengan nanti 7 Juli mengagendakan untuk beraudiensi dengan pimpinan KPK hari ini," kata Hendardi saat keluar dari Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Rabu (24/4/2019).
Baca juga: Ini Kemajuan Tim Gabungan Polri Mengungkap Kasus Novel Baswedan
Hendardi menjelaskan, perwakilan tim gabungan menyampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan selama ini. Beberapa di antaranya seperti reka ulang tempat kejadian perkara, pemeriksaan saksi-saksi dan uji alibi.
"Juga kami berharap tentu saja terhadap saksi korban yaitu Pak Novel Baswedan kami bisa melakukan semacam pembicaraan apa yang beliau ketahui dan saya kira mendapat lampu hijau dari pimpinan KPK untuk bisa kami lakukan," ungkapnya.
Hendardi juga berupaya memperkuat koordinasi dengan anggota tim gabungan yang berasal dari internal KPK. Menurut dia, ada lima orang di internal KPK yang masuk ke dalam tim gabungan ini.
"Sehingga untuk memperkuat ini, itu tadi dalam konteks itu pula kami bertemu karena kan KPK juga terlibat di dalam tim ini. Jadi kami harapkan bahwa tim ini bisa bekerja dengan baik dan dapat memperoleh kepercayaan dari publik," katanya.
Selain itu, melalui pertemuan tadi, Hendardi berharap ada kesamaan persepsi antara tim gabungan dan pimpinan KPK untuk menuntaskan kasus ini.
Namun demikian, tim gabungan belum bisa menyampaikan pihak-pihak yang diduga pelaku penyiraman air keras ke wajah Novel. Saat ini, perwakilan tim gabungan baru menyampaikan apa saja yang sudah dikerjakan.
Baca juga: Novel Baswedan Tak Takut Teror dan Berharap Komitmen Kedua Capres...
Tragedi penyiraman air keras ke Novel tak kunjung terungkap selama dua tahun.
Diberitakan, pada 11 April 2017, seusai menunaikan shalat subuh di masjid yang tak jauh dari rumahnya, Novel tiba-tiba disiram air keras oleh dua pria tak dikenal yang mengendarai sepeda motor.
Cairan itu mengenai wajah Novel. Kejadian itu berlangsung begitu cepat sehingga Novel tak sempat mengelak. Tak seorang pun yang menyaksikan peristiwa tersebut.
Sejak saat itu, Novel menjalani serangkaian pengobatan untuk penyembuhan matanya. Ia harus beberapa kali berpergian dari Indonesia ke Singapura untuk menjalani pengobatan. Selama dua tahun, Novel bersama masyarakat sipil terus menanti penuntasan kasus ini.