Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Warung Kopi hingga Jadi Gedung Merdeka, Saksi Bisu Konferensi Asia-Afrika

Kompas.com - 24/04/2019, 18:18 WIB
Aswab Nanda Prattama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Pada 18-24 April 1955, Indonesia dihadapkan pada momentum bersejarah yang luar biasa. Sebanyak 29 delegasi dari negara Asia, Afrika, dan Timur Tengah mengadakan pertemuan internasional.

Sebuah acara yang bernama Konferensi Asia-Afrika (KAA) atau Konferensi Bandung menyita perhatian dunia. Pertemuan yang membahas mengenai kondisi Perang Dingin dan menolak kolonialisasi ini berhasil menghasilkan kesepakatan yakni Dasa Sila Bandung.

Terlepas dari acara yang berlangsung, ada saksi bisu di balik peristiwa bersejarah itu, yakni Gedung Merdeka yang sekarang berada di Jalan Asia-Afrika, Bandung Jawa Barat.

Dikutip dari Harian Kompas yang terbit pada 31 Agutus 1992, sebelum konferensi dimulai, banyak negara lain yang mengusulkan agar persidangan diadakan dalam sebuah tenda.

Pasalnya, mereka tak mengetahui bahwa Indonesia memiliki gedung yang luas untuk penyelenggaraan konferensi bertaraf internasional. Namun, Bandung telah memiliki banyak gedung yang siap digunakan untuk acara tersebut.

Baca juga: Konferensi Asia-Afrika, Saat Bandung Membuat Takjub Dunia...

Dari warung kopi

Gedung Merdeka yang berdiri megah di sebelah timur alun-alun Bandung kali pertama dibangun pada 1895. Awalnya, tempat itu memiliki dinding papan dan berlantai tanah yang awalnya merupakan warung kopi milik orang China.

Kebiasaan orang Belanda yang suka bersantai dan bersenang-senang memanfaatkan tempat ini. Mereka menggunakan tempat ini untuk berkumpul, minum kopi dan ngobrol sambil menyaksikan atraksi kesenian tonil yang populer saat itu.

Warung ini juga sebagai titik bagi pendatang baru untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat kulit putih di Bandung. Pada waktu itu, Bandung baru dihuni sekitar 30.000 penduduk, 1.250 orang di antaranya keturunan Eropa.

Dilansir dari laman resmi Museum Konperensi Asia-Afrika, asianafricanmuseum.org, Pada 1920-an lokasi tersebut mulai dibangun gedung pertemuan dengan nama "Societeit Concordia".

Bangunan yang mempunyai luas tanah 7.500 meter persegi itu, menjadi tempat pertemuan dengan fasilitas yang megah pada masanya.

Insinyur di balik bangunan ini adalah Van Gallen Last dan CP Wolff Schoemaker, orang Belanda yang menjadi guru besar di Technische Hogeschool, kini Institut Teknologi Bandung (ITB).

Keduanya memberikan kesan mewah dan menyulap bangunan itu dengan hiasan lantai marmer dari Italia. Sedangkan dindingnya dibuat dari beton cor, dan pintunya dari kayu eikenhout yang dijamin kualitasnya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Konferensi Asia-Afrika Berakhir, Serukan Perdamaian

Perubahan wajah sisi barat Gedung Merdeka. Sebelumnya sisi tersebut berjejer 70 tiang bendera dan kini berubah menjadi lampu hias. KOMPAS.com/Reni Susanti Perubahan wajah sisi barat Gedung Merdeka. Sebelumnya sisi tersebut berjejer 70 tiang bendera dan kini berubah menjadi lampu hias.

Kemegahan arsitektural itu masih ditambah lagi dengan keanggunan lampu-lampu kristal yang menghiasi setiap sudut gedung. Kondisi ini membuat petinggi Belanda betah ketika berada dalam gedung.

Tak serta merta orang bisa masuk ke dalam tempat ini. Bagi orang Belanda kelas rendah atau bahkan Bumiputra tak diperbolehkan masuk. Anggota perkumpulan Societeit Concordia sangat terbatas.

Biasanya mereka terdiri dari pimpinan perkebunan, perwira, pembesar, dan pengusaha yang cukup kaya yang boleh masuk ke sana. Orang Bumiputra yang bisa masuk gedung itu dapat dikatakan hanya Kanjeng Bupati dan Dalem Istri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com