Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konferensi Asia-Afrika, Saat Bandung Membuat Takjub Dunia...

Kompas.com - 24/04/2019, 14:51 WIB
Aswab Nanda Prattama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com —Konferensi Asia Afrika (KAA) atau Konferensi Bandung menjadi wahana bagi sejumlah negara yang baru merdeka untuk menyuarakan aspirasinya.

Sebagian besar negara dengan tegas menolak kolonialisme dan menolak Perang Dingin. Mereka enggan memilih antara ikut dominasi Amerika Serikat atau Uni Soviet.

Tak hanya itu, rasisme yang berkembang di Afrika juga dibahas dalam konferensi kali ini. Perwakilan dari 29 negara berkumpul untuk bisa menemukan kesepakatan bersama.

Indonesia sebagai tuan rumah harus menyediakan tempat yang pas untuk menjamu delegasi yang hadir. Ketika itu muncul ide agar persidangan diselenggarakan di dalam tenda.

Pengusul mengira bahwa Bandung ketika itu belum memiliki gedung yang cukup luas dan memadai untuk penyelenggaran konferensi bertaraf internasional. Tak banyak yang mengira bahwa Bandung memiliki gedung dari zaman peninggalan Belanda yang megah.

Pada 18 April 1955, konferensi tersebut dimulai. Indonesia menyediakan Gedung Merdeka yang berdiri megah di sebelah alun-alun untuk upacara pembukaan.

Dikutip dari harian Kompas yang terbit pada 18 April 1980, selama lebih dari seminggu Bandung begitu berbeda dari biasanya. Lampu-lampu menyinari sudut-sudut kota yang kali ini lebih terlihat megah.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Konferensi Asia-Afrika Berakhir, Serukan Perdamaian

Para gadis meminta tanda tangan salah satu delegasi asing pada Konferensi Asia Afrika tahun 1955Tedjasurja, Paul Para gadis meminta tanda tangan salah satu delegasi asing pada Konferensi Asia Afrika tahun 1955

Antusiasme warga Bandung ditunjukkan pada konferensi internasional kali ini. Mereka menyambutnya dengan baik dan hampir semua orang selalu memadati Gedung Merdeka.

Tak hanya itu, keramahan warga Bandung diperlihatkan dengan keakraban terhadap delegasi yang hadir dalam acara tersebut. Mereka mendatangi, berbincang, dan ada juga yang meminta tanda tangan.

Kesiapan hotel dan penginapan

Beberapa hari sebelum berlangsung KAA 1955, Presiden Soekarno mengganti nama Jl Raya Timur yang melewati gedung Concordia dan Fondsen di Bandung, menjadi Jl Asia Afrika. Biar cuma toko sepatu, bukan halangan untuk mengucapkan selamat kepada KAA di Bandung waktu itu. Setumpuk sepatu mengkilap, beberapa bendera peserta KAA dan dua botol semir sepatu melengkapi papan ucapan selamat. Beberapa hari sebelum berlangsung KAA 1955, Presiden Soekarno mengganti nama Jl Raya Timur yang melewati gedung Concordia dan Fondsen di Bandung, menjadi Jl Asia Afrika. Biar cuma toko sepatu, bukan halangan untuk mengucapkan selamat kepada KAA di Bandung waktu itu. Setumpuk sepatu mengkilap, beberapa bendera peserta KAA dan dua botol semir sepatu melengkapi papan ucapan selamat.

Konferensi yang bertaraf internasional ini menjadikan penyelenggara harus menyediakan lokasi penginapan yang layak. Ketika itu Indonesia menyediakan beberapa hotel untuk istirahat delegasi.

Hotel Savoy Homann, Hotel Preanger, Hotel Kumala, dan beberapa hotel lain yang ada di Bandung juga dipersiapkan dengan baik, termasuk dengan menyiapkan kelayakan tempat tidur.

Namun, terdapat salah satu hal unik, rumah-rumah penduduk juga dijadikan tempat penginapan untuk delegasi. Zhou En Lai selaku Perdana Menteri China menempati rumah di daerah Tamansari. Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru juga menempati rumah di Setiabudi.

Gamal Abdel Nasser dari Mesir juga menempati rumah penduduk di daerah Ciumbuleuit. Bahkan, delegasi Indonesia ditempatkan di asrama mahasiswa IKIP Bandung.

Baca juga: Peringati 63 Tahun KAA, LIPI Terbitkan Kumpulan Pidato Pemimpin Asia-Afrika

Gedung MerdekaRAKARYAN SUKARJAPUTRA Gedung Merdeka
Gedung MerdekaRAKARYAN SUKARJAPUTRA Gedung Merdeka

Namun, tak semua tempat yang digunakan memliliki persyaratan hotel yang baik. Delegasi Arab Saudi yang menginap di sebuah hotel terpaksa dicarikan tempat tidur baru. Sebab, tak ada tempat tidur dengan panjang lebih dari 2 meter.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Nasional
Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Nasional
Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
MK Bakal Unggah Dokumen 'Amicus Curiae' agar Bisa Diakses Publik

MK Bakal Unggah Dokumen "Amicus Curiae" agar Bisa Diakses Publik

Nasional
PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

Nasional
Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Nasional
MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

Nasional
Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Nasional
Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Nasional
FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

Nasional
Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com