Kebutuhan akan sendok, garpu, piring, gelas sampai selimut tidur bahkan dikirim dari panitia pusat. Pada dasarnya, kondisi itu memang tak memadai, tetapi delegasi tak ada yang mengeluh dengan fasilitas ini.
Fasilitas di Hotel Preanger tak berbeda. Delegasi dari India dan Pakistan menginap di hotel ini. Delegasi ini dikenal dengan orang yang suka minuman panas. Namun, untuk minum kopi dan teh, tempat yang digunakan termasuk gelas dan sendok juga dipanaskan.
Setelah itu barulah teh atau kopi dituangkan dalam gelas yang telah dipanaskan tersebut.
Konferensi yang diikuti oleh delegasi dari 29 negara itu berlangsung kurang lebih selama seminggu. Untuk menjaga kesehatan para delegasi, Indonesia menyediakan dua poliklinik di Hotel Homann dan Gedung Merdeka.
Rumah Sakit Hasan Sadikin yang ketika itu bernama Rumah Sakit Rancabadak juga dibangun satu barak untuk persiapan yang lebih matang.
Setiap bangsal, terdiri dari 16 kamar yang dilengkapi dengan telepon, radio, dan kamar mandi sendiri. Sepuluh dokter ditugaskan dan dibantu untuk mengawal tempat kesehatan ini.
Delegasi yang membutuhkan bantuan kesehatan banyak datang ke poliklinik di Hotel Homann. Setiap hari empat sampai lima anggota delegasi datang untuk pengobatan atau perawatan. Biasanya mereka terserang influenza.
Pada 24 April 1955, bertempat di Gedung Merdeka akhirnya acara konferensi ini ditutup. Walaupun sarana dan prasarana kurang maksimal, konferensi ini tetap memberikan arti dan manfaat pada delegasi.
Tepat pukul 19.00 WIB atau terlambat dua jam dari jadwal yang ditetapkan panitia. Dasasila Bandung juga tercetus dalam konferensi kali ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.