JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti politik dan kebijakan publik berbasis survei kuantitatif Saiful Mujani mengatakan, quick count atau hitung cepat sebenarnya membantu publik mengecek kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam menghitung hasil pemilihan umum.
"Quick count menjadi instrumen untuk jadi pembanding hasil KPU nanti," ujar Saiful dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (18/4/2019).
Menurut Saiful, jika nantinya hasil quick count dan hasil penghitungan KPU berbeda sangat jauh, maka bisa diduga ada kesalahan penghitungan di salah satunya.
Baca juga: Quick Count Kompas Data 88,10 Persen: PDI-P, Gerindra dan Golkar Tiga Teratas
Namun, quick count pada pilpres kali ini berbeda dengan yang terjadi pada 2014. Pada pilpres 2019 ini, tidak ada satupun lembaga quick count yang melaporkan hasilnya terbalik.
Saiful mengatakan, berkat quick count, publik sudah memiliki informasi yang bisa dipertanggung-jawabkan secara ilmiah. Dalam pemilihan presiden kali ini mencatat tingkat partisipasi sekitar 83 persen.
"Kalau tidak ada quick count, kita tak punya alat untuk mengecek kualitas kerja KPU yang dibiayai mahal oleh rakyat. Quick count memastikan apakah pemilu kita jujur dan adil atau tidak," kata Saiful.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.