Berdasarkan data Litbang Kompas, penurunan elektabilitas Jokowi-Amin bisa disebabkan beberapa hal, seperti perubahan pandangan atas kinerja pemerintahan, berubahnya arah dukungan kalangan menengah atas, membesarnya pemilih yang ragu kepada kelompok bawah, dan persoalan militansi pendukung yang berpengaruh pada penguasaan wilayah.
Peluang Jokowi-Ma'ruf lebih besar
Meskipun selisih keterpilihan semakin sempit, analisis Litbang Kompas ketika itu menunjukkan bahwa posisi Jokowi-Amin diperkirakan masih cukup aman untuk memenangi pilpres.
Hasil ekstrapolasi elektabilitas menunjukkan peluang kemenangan Jokowi-Amin lebih besar ketimbang Prabowo-Sandi.
(baca: Peluang Jokowi Masih Dominan)
Dengan mengasumsikan kelompok yang belum memutuskan pilihan (undecided voters) akan terbagi secara proporsional menurut perolehan survei, potensi kemenangan Jokowi-Amin saat itu 56,8 persen, lebih tinggi daripada Prabowo-Sandi 43,2 persen.
Sesuai analisis Litbang Kompas saat itu, penurunan suara Jokowi-Amin hingga hari pemungutan suara masih mungkin terjadi.
Selama enam bulan, angka elektabilitas hasil ekstrapolasi menunjukkan penurunan 4,9 persen untuk Jokowi-Amin dan kenaikan 4,9 persen untuk Prabowo-Sandi.
Dengan kata lain, elektabilitas Jokowi-Amin turun 0,82 persen setiap bulan.
Kalau laju penurunan ini konstan, Litbang Kompas memprediksi, potensi akhir perolehan Jokowi-Amin akan berkurang menjadi 56 persen saat pemungutan suara.
Dengan margin of error 2,2 persen, perolehan suara Jokowi-Amin bisa berkisar 53,8-58,2 persen saat pilpres digelar.
Sebaliknya, perolehan Prabowo-Sandi menuju kisaran 41,8-46,2 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.