Padahal, orang-orang yang tidak mau memilih itu sebenarnya punya preferensi akan figur yang mereka inginkan.
"Alasannya sebenarnya karena teman saya ada yang nge-twit, kayaknya mau golput karena 'enggak ngikutin' dan 'enggak mengerti'. Lalu kayaknya sulit untuk mengejar semua info tentang kedua paslon dalam waktu singkat," ujar Asanilta.
Ia juga mengatakan bahwa dirinya tidak anti-golput. Namun, menurut dia, paling tidak orang yang memilih golput bisa paham akan informasi pilihannya, bukan karena tidak paham.
Oleh karena itu, Asanilta berharap bahwa kuis ini paling tidak membantu orang meningkatkan pemahaman terhadap substansi yang ditawarkan kedua paslon.
Meskipun kuis ini memberikan edukasi terhadap pengguna yang masih belum jelas dengan keputusannya, namun Asanilta menyarankan agar tidak menjadikan hasil kuis sebagai pertimbangan akhir ketika memilih.
"Saya berharap melalui inisiatif seperti ini, akan muncul banyak inisiatif lain untuk meningkatkan pengalaman berdemokrasi di Indonesia," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.