Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bantah Prabowo, Wapres Kalla Sebut Tak Ada Deindustrialisasi

Kompas.com - 15/04/2019, 12:30 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla membantah pernyataan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto yang menyatakan Indonesia tengah mengalami deindustrialisasi.

Prabowo sempat menyatakan Indonesia tengah mengalami deindustrialisasi saat debat kelima Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4/2019).

"Saya sudah jelaskan, bahwa tidak benar itu terjadi deindustrialisasi, karena perkembangan industri kita 5 persen per tahun. Berkembang, tidak ada yang berkurang. Cuma pernah akibat harga-harga komoditi naik maka pertambangan, pertanian naik," ujar Kalla saat ditemui Indonesa Convention Exhibition BSD, Tangerang Selatan, Senin (15/4/2019).

Baca juga: CEK FAKTA: Prabowo Sebut Terjadi Deindustrialisasi di Indonesia

Kalla mengklaim, industri menyumbang 21 persen untuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2014-2017.

Karena itu, Kalla mengatakan, Industri merupakan penyumbang terbesar dalam struktur PDB Indonesia.

"Industri seperti disampaikan tadi oleh Saudara Menteri Perindustrian, tetap menjadi sektor tertinggi dalam GDP kita, PDB kita. Yang pada tahun 2014-2017 kurang lebih rata-ratanya 21,30 persen," tutur Kalla.

"Artinya adalah, industri tetap yang tertinggi, sektor tertinggi dalam pendapatan nasional. Karena itulah maka industri tetap berkembang dan tak akan terjadi deindustrialisasi," lanjut dia.

Baca juga: Kadin Sebut Ada Gejala Deindustrialisasi di Sektor Perikanan

Prabowo sebelumnya dalam debat kelima mengatakan saat ini bangsa Indonesia sedang mengalami deindustrialisasi.

Hal ini dia sampaikan dalam pemaparan visi dan misi pada segmen pertama debat terakhir di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4/2019).

"Kalau negara lain industrialisasi, kita deindustrialisasi. Sekarang bangsa Indonesia tidak produksi apa-apa," ujar Prabowo.

Kompas TV Pabrik kereta api terbesar Indonesia dibangun di Banyuwangi, Jawa Timur. Dengan total investasi senilai Rp 1,6 triliun, pabrik ini ditargetkan bisa memenuhi permintaan ekspor dengan memproduksi 4 kereta per hari. Pabrik dibangun dengan luas lahan sekitar 83 hektar yang dikelola oleh PT Industri Kereta Api atau PT Inka ini. Pembangunan pabrik yang berlokasi tidak jauh dari Pelabuhan Tanjungwangi, Banyuwangi, agar mampu menekan biaya pengiriman. Pasar yang dituju termasuk beberapa negara di Asia, Afrika, dan Australia. Beberapa negara seperti Filipina, Sri Langka, dan banglades, kini sudah mulai memesan kereta api buatan anak negeri tersebut. Tak sendiri , PT Inka menggandeng investor asal Swiss untuk membangun pabrik kereta di banyuwangi . #KeretaTerbesar #Banyuwangi #Indonesia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Nasional
Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami 'Fine-fine' saja, tapi...

Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami "Fine-fine" saja, tapi...

Nasional
e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

Nasional
Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Nasional
MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Kubu Ganjar-Mahfud Minta MK Hadirkan Sri Mulyani dan Risma di Sidang Sengketa Pilpres

Kubu Ganjar-Mahfud Minta MK Hadirkan Sri Mulyani dan Risma di Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com