Untuk menghemat biaya, spanduk dan baliho yang dipasang kerap menggunakan bambu sebagai alat penyangga.
Baca juga: Cerita Caleg: Dijuluki Pembawa Hujan, Daniel Johan Sampai Diminta Padamkan Kebakaran Hutan
Prinsipnya, APK dipasang mewakil RT, RW, atau lingkungan yang meliputi daerah penilihan.
"Publik kan belum tentu bisa langsung mengasosiasikan apa yang mereka tahu tentang saya dikaitkan dengan Pemilu 2019. Mungkin mereka tahu, mereka mengenal saya, tapi kan mereka belum tentu tahu bahwa saya adalah dicalonkan kembali," kata Hidayat.
"Dan karenanya dicalonkan kembali harapannya adalah untuk didukung kembali. Baliho, spanduk, banner, leaflet dan sebagainya itu adalah untuk menjembatani antara asosiasi mereka terhadap saya dan asosiasi mereka terhadap saya sebagai calon anggota dewan," sambungnya.
Hidayat mengaku, APK yang ia pasang pernah dirusak oleh oknum tak dikenal. Tetapi, setelah ditelusuri, pihak yang merusak ini adalah suruhan dari partai politik tertentu.
"Seharusnya berkampanye itu ya fairplay saja, ini demokrasi bukan democrazy, harusnya fairplay saja kita berkompetisi dalam kepositifan. Harusnya kalau mereka ingin bertanding dalam bentuk baliho ya bikin aja baliho yang lebih bagus, lebih atraktif, tanpa kemudian harus merusak," ujar Hidayat.
Selain biaya kampanye lewat sosialisasi dan alat peraga, masih ada biaya lain yang dikeluarkan oleh Hidayat, yaitu dana saksi.
Kebijakan partai, caleg, utamanya petahana, memberikan dana ke partai. Dana tersebut dihimpun partai untuk kemudian dibagikan kembali ke para caleg untuk menyokong biaya saksi.
Namun demikian, Hidayat enggan menyebutkan nominal yang ia berikan ke PKS.
Baca juga: Cerita Caleg: Blusukan ke Pelosok Sulawesi, Badaruddin Tidur di Warung saat Kampanye
"Jadi secara prinsip saksi dikoordinasikan oleh partai, pembiayaannya partai membantu dan kemudian anggota DPR, terutama yang incumbent juga akan memberikan bantuannya untuk pembiayaan saksi-saksi," katanya.
Jika diakumulasikan, total dana yang Hidayat keluarkan selama masa kampanye adalah Rp 1,6 miliar. Jumlah ini terdiri dari pengeluaran untuk sosialisasi dan alat peraga.
Hidayat mengaku, biaya yang ia keluarkan di pemilu kali ini tak jauh berbeda dengan Pemilu 2019.
"Enggak signifikan, peningkatannya sangat sedikit. Karena kalau sekarang ini sebenarnya karena saya sangat terbantu dengan dapilnya sama (dengan Pemilu 2014)," kata Hidayat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.