Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Caleg: Dian Fatwa Perjuangkan Rp 2 Triliun untuk Partai Politik Per Tahun

Kompas.com - 13/04/2019, 12:54 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon anggota legislatif nomor urut 2 untuk DPR RI dari Partai Amanat Nasional (PAN) Dian Islamiati Fatwa berjanji akan memperjuangkan kebijakan pembiayaan partai politik oleh APBN.

Perampingan jumlah partai politik, menurut Dian, merupakan pijakan awal kebijakan ini.

"Partai dihitung cuma 6 atau 7 partai misalnya, itu akan memungkinkan diambil dana dari negara," ujar Dian saat wawancara eksklusif dengan Kompas.com di sela kampanye turun ke bawah, baru-baru ini.

Ia mengusulkan, satu partai politik diberikan anggaran sebesar Rp 2 triliun per tahunnya. Artinya, dalam satu tahun, negara harus mengeluarkan setidaknya Rp 14 trilun bagi partai politik atau setara dengan Rp 70 triliun selama lima tahun.

Baca juga: Cerita Caleg: Dian Fatwa, Wasiat dari Ayah Menuju ke Senayan...

Dian mengatakan, anggaran sebesar itu sebenarnya tidak terlalu besar. Kebocoran anggaran yang terjadi saat ini, dinilai jauh lebih besar daripada Rp 14 triliun per tahunnya.

"Kebocoran (anggaran) yang saat ini terjadi bisa sampai Rp 2.000 triliun. Kalau itu diambil hanya Rp 14 triliun, it's peanut. Sangat kecil sekali," ujar Dian.

Cara demikian, menurut Dian, membuat partai politik tak harus mencari pembiayaan dari pengusaha besar yang memiliki kepentingannya sendiri. Dengan begitu, kebijakan partai politik tidak tersandera dengan kepentingan pengusaha besar atau yang disebut Dian sebagai, "bohir".

Selain pembiayaan bagi partai politik, Dian juga akan memperjuangkan APBN membiayai saksi dari partai politik dalam setiap pemilihan umum.

Baca juga: Fadli Zon Usul Dana Parpol Jadi Rp 10.000 Per Suara

"Satu suara dihargai Rp 1.000 menurut saya tidak manusiawi. Di luar negeri juga tidak seperti itu. Saya lupa berapa jumlahnya. Tapi cukup manusiawi lah kala kita mendapatkan misalkan Rp 500.000, itu make sense," ujar Dian.

Dian juga mengkritisi Pemilihan Presiden dan Pemilihan Calon Anggota Legislatif yang dilaksanakan serentak. Menurut Dian, keserentakan pemilihan tersebut membuat kualitas pemilihan calon anggota legislatif menjadi tidak berkualitas.

"Yang harus dilakukan adalah evaluasi, dirampingkan partainya dan pelaksanaan pemilu pileg ini tidak dilangsungkan berbarengan dengan pilpres sehingga ada kesempatan bagi warga untuk melakukan dialog, untuk melakukan engagement bahwa benar caleg yang datang memang benar-benar mereka inginkan untuk membawa aspirasi mereka di parlemen di Senayan, atau di tingkat DPRD," ujar Dian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com