"Ternyata kampanye yang saya lakukan itu teman-teman banyak yang tertarik, wah ini baru nih enggak cuma ngomong janji, tapi apa yang udah pernah dilakukan, program kerjanya apa, plus ya enggak ngomong soal politik lah. Tapi benar-benar isu dan program yang diangkat," kata dia.
Baca juga: Kisah Taufik, Bocah Disabilitas dari Lombok yang Jadi Pahlawan Warga Malaysia
Lulusan S2 Teologi Gender Universitas Kristen Duta Wacana ini juga bersyukur mendapatkan banyak dukungan dari warganet ke akun Instagram dan Facebooknya. Hal itu membuktikan apa yang sedang ia perjuangkan mendapat dukungan positif dan patut dilanjutkan.
Anggi menganggap aktivitas kunjungan ke para calon pemilih menyenangkan. Sebab, saat menjadi pegiat isu disabilitas, ruang lingkup daerah yang dicapai terbatas. Kini, ia bisa bertemu para pemilih di berbagai daerah.
"Tantangannya, karena ternyata masih banyak teman-teman yang sulit menuju akses jalan utama di luar kondisi disabilitasnya ya. Tapi memang masih banyak yang sulit mengakses jalan utama dan ini saya rasa PR sangat penting dan kedua adalah kondisi teman-teman disabilitas itu sendiri juga masih perlu diperhatikan," kata dia.
Lantas, bagaimana dengan persiapan logistik? Ia mengaku tak menyiapkan banyak hal dalam menghadapi pemilu. Sebab, ia juga tak memiliki harta yang berlebihan. Anggi pun juga tak memiliki gambaran awal perkiraan dana kampanye yang dibutuhkan.
"Enggak ada ya. Saya orang LSM mesti dapat logistik dari apa juga? Ini pengalaman pertama, Mas. Ini benar-benar terjun, benar-benar buta, belum ada pengalaman (sebagai anggota legislatif)," ujarnya.
Anggi bersyukur ia mendapatkan dukungan dari partai. Nasdem, kata dia, memfasilitasi konsumsi ringan saat bertemu dengan pemilih, alat peraga kampanye dan kendaraan operasional partai. Menurut dia, dukungan itu sudah sangat membantunya.
Ia tidak mengeluarkan uang dari kantong pribadinya untuk keperluan tersebut. Pemasangan spanduk dan baliho pun ditempatkan di sekitar lingkungan komunitas yang sudah ia kunjungi.
Anggi tak ambil pusing soal spanduk, baliho dan jenis alat kampanye lainnya. Ia hanya fokus menggiatkan kunjungan ke calon pemilihnya.
"Kemudian sosialisasi tentang kertas suara, bagaimana Anda memilih, mengapa isu disabilitas itu penting. Dan apa yang harus anda lalukan kalau kondisi disabilitas ditolak untuk melakukan pemilihan, gitu," katanya.
Baca juga: Cerita Caleg: Soal Ongkos Politik, Arsul Sani Berutang kepada Sang Ayah
Penyandang akondroplasia ini pun menegaskan, tak ada sama sekali uang yang ia serahkan untuk partai terkait pencalonannya sebahai caleg.
"Enggak ada, itu benar-benar tidak ada," ujarnya.
Hanya saja, ia tetap mempersiapkan keuangan pribadinya jika memang ada keperluan terkait kampanye. Meski demikian, Anggi tak menyebutkan berapa kisaran pengeluarannya sebelum dan sesudah menjadi caleg.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.