Politik uang
Kendati demikian, Ace mengakui kampanye door to door memiliki tantangan sendiri, apalagi dapilnya di Jabar II cukup luas dengan total 3 juta pemilih.
Belum lagi sikap pemilih yang masih permisif pada politik transaksional. Banyak masyarakat yang masih mengharapkan hadiah berupa uang atau barang. Bahkan ada juga yang mengajukan proposal untuk membangun fasilitas di lingkungannya.
"Kalau mau kita penuhi berapa uang yang harus kita keluarkan," kata Ace yang juga berprofesi sebagai dosen ini.
Menjawab permintaan-permintaan itu, Ace hanya menjelaskan dengan halus bahwa politik uang adalah hal yang dilarang dalam kampanye. Ia pun lantas menawarkan program-programnya ke konstituem.
Baca juga: Cerita Caleg: Eko Patrio dan Upayanya Populerkan Eko Hendro Purnomo
"Kita tak bisa menghindari persaingan di dapil itu diwarnai kecendrungan politik uang yang sangat kuat. Saya jawab dengan halus tindakan itu menyalahi aturan," ujarnya.
Ace sendiri tidak yakin apakah cara persuasif yang dilakukannya tanpa politik uang ini bisa ampuh meyakinkan pemilih. Pada akhirnya, ia hanya bisa pasrah sambil tetap berharap.
"Kalau Bapak mau dukung saya alhamdulilah, kalau tidak ya enggak apa-apa," kata dia menirukan ucapannya kepada warga.
Ace berharap kedepannya dapil bisa dipersempit agar biaya kampanye bisa ditekan. Selain itu, menurut dia perlu dirumuskan lagi apakah sistem proporsional terbuka yang ada saat ini tepat.
"Kalau kondisinya begini membuat kita serba tanggung. Di internal parpol, antara caleg terjadi persaingan. Belum lagi bicara persaingan dengan eksternal," ujar dia.