Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik Pembagian Kursi Menteri di Kubu Prabowo-Sandiaga....

Kompas.com - 03/04/2019, 18:03 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

Meskipun hal ini penting, namun saat ini lebih baik koalisi fokus untuk memenangkan pemilu. Seusai pemilu, membicarakan menteri dan segala hal yang  berkenaan dengan arah pemerintahan barulah dirasa tepat.

Meski masih dipertimbangkan oleh Hashim, AHY mengaku partainya pernah ditawari oleh Prabowo untuk mengisi posisi capres saat masih membangun koalisi.

Baca juga: Menurut AHY, Bicara Jatah Menteri Melukai Perasaan Rakyat

Kata pengamat

Pengamat politik dari Indonesian Public Institute, Jerry Massie, menyatakan bahwa pembicaraan soal kursi menteri sebelum Pemilu 2019 merupakan pembicaraan yang tidak perlu dilemparkan ke publik.

"Sebetulnya jangan dulu menyampaikan jatah-jatahan, disimpan dulu. Hal ini penggiringan opini seakan-akan Prabowo sudah menang," kata Jerry saat dihubungi Selasa (2/4/2019).

Jerrie juga menyebut, Hashim yang menyebut jatah kursi menteri bagi beberapa partai politik sebagai sikap yang gegabah.

"Ini harusnya tak perlu diumumkan menteri-menterinya. Bagi saya agak gegabah dengan statement Hashim soal menteri-menteri yang duduk di kabinet," ucap Jerry.

Urusan ini, semestinya cukup dibicarakan di internal dan tidak diumbar ke publik, seolah-olah Prabowo-Sandi sudah memenangi pemilu

Baca juga: BPN Prabowo-Sandiaga Seharusnya Tak Perlu Umbar Jatah Kursi Menteri

Jerry menyebut apa yang dilakukan Hashim merupakan strategi politik untuk mengintimidasi kubu 01 alias Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Mengumumkan bagi-bagi kursi menteri seolah-olah sudah memenangkan pemilu, ingin menunjukkan tingkat percaya diri yang tinggi. Taktik ini juga dilakukan untuk menghantam sembilan survei lembaga yang sebelumnya ada dan semuanya menyebut Jokowi unggul di atas Prabowo.

Strategi ini dilakukan dengan tujuan membuat konsentrasi kubu lawan buyar. Strategi ini juga bisa menjatuhkan mental juga psikologis Jokowi dan TKN.

“Jadi mereka membuat konsentrasi lawan buyar, dan mereka punya confidence yang tinggi. Ini untuk meredam di mana sembilan hasil survei semuanya memenangkan Jokowi. Ini taktik sederhana, sebagai taktik menyerang hal berharga musuh untuk menjatuhkan mental dan psikologi Jokowi bahkan TKN," ucapnya.

Pernyataan TKN

Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf , Ace Hasan Syadzily menyebut kubu Prabowo-Sandi pragmatis saat membicarakan pembagian jatah kursi menteri.

"Ini menunjukkan karakter koalisi yang dibentuk untuk tujuan-tujuan pragmatis, yakni bagi-bagi kursi menteri. Hal ini mengonfirmasi peristiwa sebelumnya yang dikenal dengan skandal bagi-bagi kardus,” kata Ace Selasa (2/4/2019).

Selain pragmatis, menurut Ace hal ini juga menunjukkan kerapuhan koalisi yang dibangun. Banyak partai politik yang sebenarnya setengah hati mendukung Prabowo-Sandi dalam pencalonannya.

"Dengan cara iming jabatan menteri, partai-partai yang ogah-ogahan diharapkan tetap mendukung," ujarnya.

Terakhir, Ace juga menyebut hal ini seolah-olah bertolak belakang dengan retorika “membela kepentingan rakyat” yang selama ini selalu digaungkan oleh Koalisi Indonesia Adil Makmur.

Baca juga: Soal Pembagian Kursi Menteri, Timses Jokowi Sebut Koalisi Prabowo Berkarakter Pragmatis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polri Lanjutkan Tugas Satgas Pengamanan untuk Prabowo

Polri Lanjutkan Tugas Satgas Pengamanan untuk Prabowo

Nasional
Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Nasional
Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Nasional
Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Nasional
MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

Nasional
Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Nasional
Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Nasional
Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com