KPU: Tak Seharusnya Persoalan Pemilu Diselesaikan di Jalanan

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman mengatakan, tak seharusnya persoalan-persoalan yang muncul dalam pemilu diselesaikan di jalanan.

Persoalan mengenai hasil pemilu maupun dugaan pelanggaran pemilu sudah ada salurannya tersendiri di sejumlah lembaga.

Konstitusi dan peraturan perundang-undangan telah mengatur hal tersebut.

"Kalau persoalan hasil, selesaikan di Mahkamah Konstitusi (MK), kalau ada dugaan pelangggaran kampanye pendaftaran calon selesaikan di Bawaslu bisa sampai PTUN. Ruang-ruang itu sudah disediakan oleh Undang-Undang," kata Arief di kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2019).

"Jadi jangan selesaikan persoalan di jalanan, selesaikan di dalam ruangan, karena ruangnya sudah disediakan," sambungnya.

Baca juga: Amien Rais Ingin People Power, Maruf Amin Sebut Jangan Tiru Negara Lain

Arief menambahkan, sebagai lembaga penyelenggara pemilu pihaknya akan berupaya untuk menggelar pemilu yang Luber Jurdil. KPU berkomitmen untuk tidak bertindak curang.

"KPU enggak curang kok, KPU enggak pernah mikir curang, KPU tuh mikirnya pemilu ini harus Luber dan Jurdil, free and fair," tandas Arief.

Bunyi konstitusi mengatakan, "Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum". Aturan ini tertuang dalam Pasal 24 C ayat 1 UUD 1945.

Aturan ini kemudian diturunkan dalam Pasal 474 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu yang menyebut, "Dalam hal terjadi perselisihan penetapan perolehan suara hasil pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD secara nasional, peserta pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD dapat mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU kepada Mahkamah Konstitusi".