JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead menyatakan pihaknya berhasil menekan kemunculan titik panas (hotspot) di 2,5 juta hektar lahan gambut hingga 90 persen pada tahun 2018.
Ia memaparkan, BRG diberi target merestorasi 2,5 juta hektar lahan gambut oleh pemerintah. Ia mengatakan 2,5 juta hektar lahan gambut itu terdiri dari 1,1 juta hektar lahan nonkonsesi dan 1,4 juta hektar lahan konsesi.
"Di 2018, masih ada penurunan, 91,4 persen (titik panas) di lahan nonnkonsesi. Dan penurunan 92,98 persen di lahan konsesi. Bedanya 1,5 persen. Jadi bisa dibilang cukup lumayan efektif menjaga kebakaran di 2018 dalam keadaan kering," ujar Nazir saat ditemui di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (1/4/2019).
Baca juga: Titik Panas di Riau Meningkat Tajam, Ada 156 Tersebar di 11 Wilayah
Ia menambahkan, sejak BRG dibentuk, terjadi tren penurunan tren penurunan titik panas hingga di atas 90 persen. Awalnya titik panas berjumlah 70.971 pada tahun 2015 saat terjadi kebakaran hutan besar di Sumatera dan Kalimantan.
Ia mengatakan tahun 2019 Indonesia akan mengalami musim kemarau yang lebih panjang. Karenanya, BRG akan meningkatkan kewaspasaan agar jumlah titik panas tak kembali membesar.
"Di tahun 2019 ini kami harus berjaga-jaga karena mungkin akan lebih kering dari 2018. Tapi melihat capaian yang telah ada di tiga tahun lalu, kami harus optimis bahwa kami bisa mengatasi di 2019," ucap Nazir.
"Jadi harus deteksi dini. Nah, kami tadi kami laporkan ke Pak Wapres, kami memasang alat yang memantau ke titik-titik kebasahan dan titik kekeringan. Itu bagian dari deteksi dini," lanjut Nazir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.