DI BALIK kegetiran atas realitas kekerasan dan kemanusiaan di Christchurch, dunia memuji sikap Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern.
Wanita berusia 38 tahun ini dengan tegak memimpin pemulihan luka kemanusiaan dengan menebar nilai-nilai toleransi, penghormatan, kemanusiaan atas dasar persaudaraan.
Sesungguhnya kewajiban kita semua menjadi penyeru muazin persaudaraan atas dasar persaudaraan dan kemanusiaan di tengah dunia yang belum lepas dari ancaman kekerasan, radikalisme, dan terorisme yang dipicu oleh pemaknaan sempit akan hakikat keberagaman suku, ras, agama yang berkembang menjadi hal yang destruktif bagi kemanusiaan.
Apresiasi kita kepada Ardern, sebagaimana dituturkan oleh Dubes RI di Selandia Baru Tantowi Yahya, karena dalam waktu cepat ia mengumumkan ke dunia bahwa penembakan brutal di Christchurch tersebut merupakan aksi terorisme.
Hal itu tidak dilakukan oleh pemimpin dunia mana pun ketika di negerinya terjadi aksi brutal yang memakan korban umat Islam.
Pelaku penembakan brutal adalah teroris yang tergerak oleh ideologi rasis "white nationalist" atau penganut paham "white supremacy".
Apa pun alasannya terorisme adalah tindakan biadab dan musuh bagi kemanusiaan. Kita semua wajib menghadapi dan memeranginya, termasuk terorisme atas nama agama.
Korban terorisme tidak relevan dilihat dari ikatan agamanya karena mereka adalah manusia yang punya hak hidup dengan kemuliaan.
Sebaliknya, pelaku teror tidak lagi ada ikatan agama. Walaupun dalam aksi teror itu mereka mengaku melakukannya atas nama agama dan sesungguhnya mereka telah menghina pesan damai semua agama.
Selang sehari setelah tragedi, PM Jacinda Ardern langsung menuju lokasi. Ia juga menemui para keluarga korban dan menenangkan mereka yang bersedih.
Dia peluk keluarga korban dan bisikkan agar tenang dan tabah. Pemerintahnya bergerak cepat untuk memastikan semuanya akan kembali normal.
Begitu pula saat pemimpin dunia menghubunginya. Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahkan mengacungkan jempol atas sikap Ardern.
Ketika Presiden Trump meneleponnya dan bertanya apa yang Amerika bisa lakukan, dia menjawab, "Ramahlah kepada umat Islam".
Kini, kondisi di Selandia Baru perlahan mulai normal walau masih menyimpan khawatir dan sedih.
Belajar dari Selandia baru, kejadian memilukan ini tidak sampai menimbulkan beragam hoaks seperti yang biasa terjadi di Indonesia.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.