JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Yandri Susanto mengakui bahwa pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tak banyak memberikan pengaruh elektoral atau coattail effect bagi partainya.
Di sisi lain, pemilu yang dilaksanakan serentak membuat masyarakat lebih banyak membicarakan soal pemilihan calon presiden dan wakil presiden. Sedangkan pemilu legislatif nyaris tidak terbahas.
Kendati demikian, kata Yandri, PAN memiliki strategi tersendiri agar mendapat perolehan suara di atas ambang batas parlemen sebesar 4 persen.
Baca juga: Survei Litbang ”Kompas”, 7 Parpol Terancam Tak Lolos ke Senayan
Menurut Yandri, dewan pimpinan pusat memerintahkan seluruh caleg untuk turun ke lapangan dan bertatap muka dengan masyarakat.
"Itulah fungsinya PAN memerintahkan kepada semua calegnya untuk langsung bertemu dengan masyarakat. Bahwa di samping pilpres ada juga hal yang penting yaitu pemilu legislatif," ujar Yandri saat dihubungi, Kamis (21/3/2019).
Yandri menjelaskan, selama masa kampanye para caleg PAN selalu membuat pertemuan-pertemuan terbatas dengan masyarakat.
Maksimal masyarakat yang diundang berjumlah antara 500 sampai 1.000 orang di setiap kecamatan. Meski kecil, kata Yandri, pertemuan digelar dengan intensitas yang cukup sering.
"Jadi kita tidak akan menggelar kampanye besar-besaran, supaya pesan internal PAN itu sampai langsung ke masyarakat. Pertemuan kecil tapi sering, kata Yandri.
"Saya sampai hari ini sudah 16 ribu orang yang saya lantik jadi relawan saya. 16 ribu kalau dikali 5 atau 10 saja sudah berlebih suara," ucapnya.
Hasil survei Litbang Kompas 22 Februari-5 Maret menunjukkan elektabilitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Gerindra masih yang paling tinggi ketimbang partai politik peserta pemilu lainnya.
Peneliti Litbang Kompas, Yohan Wahyu, menyebut tingginya elektabilitas PDI-P dan Gerindra disebabkan efek ekor jas dari sosok kedua capres yang selama ini melekat dengan parpol itu, yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Baca juga: PAN Diprediksi Tak Lolos ke DPR, Ini Kata Ketua DPP
Survei Litbang Kompas menggunakan metode pengumpulan data lewat wawancara tatap muka pada 22 Februari-5 Maret 2019 terhadap 2.000 responden.
Responden dipilih secara acak sederhana dengan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi di Indonesia.
Tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error penelitian ini sebesar kurang lebih 2,2 persen dengan kondisi penarikan sampel acak sederhana.