Punya dua survei
Juru debat BPN Prabowo-Sandiaga, Sodik Mudjahid, tidak heran dengan perbedaan klaim itu. Ia beralasan, BPN melakukan dua survei yang berbeda.
Namun, dia tidak menjelaskan apa perbedaan dua survei yang dimaksud hingga menghasilkan hasil yang berbeda.
Baca juga: Survei Internal BPN: Prabowo-Sandiaga 54 Persen, Jokowi-Maruf 40-an Persen
"Pada survei plan A kami, hasilnya posisi kami sudah sama dengan petahana. Survei plan B, kami sudah melewati posisi petahana. Bahkan di beberapa provinsi lewatnya sudah besar," kata Sodik.
"Tetapi jangan tanya angka. Itu hanya untuk keperluan internal," tambah dia.
Meski hasilnya berbeda-beda, Sodik mengatakan, keduanya membawa kabar yang positif bagi pasangan Prabowo-Sandiaga.
Pada masa akhir perjuangan Pilpres ini, Sodik mengatakan, BPN Prabowo-Sandiaga semakin percaya diri.
Dia mengklaim, pasangan nomor urut 02 itu semakin mendapat dukungan dari masyarakat banyak. Kondisi ini, menurut dia, sesuai dengan hasil survei internal mereka.
"Lihat kalau Prabowo dan Sandiaga ke lapangan. Rakyat melimpah berjubel dan histeris. Jadi lengkap pendukung kami, ini semua sesuai dengan survey kami," kata dia.
Survei eksternal yang dipercaya
Kondisi survei internal yang begitu positif untuk Prabowo-Sandiaga ini membuat mereka tak percaya hasil survei lembaga lain.
Khususnya yang menyebut pasangan Prabowo-Sandiaga masih terpaut jauh dari Jokowi-Ma'ruf.
Baca juga: Sandiaga: Kami Tak Pernah Percaya Survei Eksternal
Bahkan, Sandiaga pernah sesumbar bahwa dia tidak pernah memercayai survei eksternal.
"Kami tidak pernah percaya dengan survei yang diumumkan. Kami selalu berpaut dan selalu mengacu pada survei internal kami," ujar Sandi, Kamis (20/3/2019).
Meskipun pada kenyataannya, ada hasil survei eksternal yang mencuri kepercayaan BPN Prabowo-Sandiaga.
Misalnya, survei Litbang Kompas yang menempatkan Jokowi-Ma'ruf pada posisi 49,2 persen dan Prabowo-Sandiaga sebesar 37,4 persen.
Meski Jokowi-Ma'ruf masih unggul, tetapi survei ini menyebut selisih elektabilitas kedua paslon semakin tipis.
Baca juga: Fadli Zon: Elektabilitas Petahana di Bawah 50 Persen itu Artinya Kalah
Fadli Zon bahkan menanggapi survei Litbang Kompas memiliki nilai lebih dibanding survei lain.
"Kalau menurut dalam survei kami sih selisihnya malah kami sudah melampaui ya walaupun masih tipis ya. Tentu metodologi-metodologi survei ini, apalagi yang tidak men-declare, kalau Kompas saya kira independen, tapi yang lain itu tidak men-declare, itu bisa membuat satu perkiraan yang salah," kata Fadli.
Declare yang dimaksud Fadli adalah tentang keterkaitan lembaga survei dengan salah satu pasangan calon.
Menurut dia, banyak lembaga survei yang tidak memastikan bahwa mereka tidak terkait dengan paslon tertentu.
Baca juga: Sandiaga: Survei Litbang Kompas Dekat dengan Survei Internal Kami
Meski sempat mengaku tak percaya hasil survei yang diumumkan, Sandiaga kini menyambut positif hasil survei Kompas yang diumumkan pada Rabu kemarin.
Menurut Sandiaga, kian menipisnya jarak keterpilihan dengan Jokowi-Ma'ruf berarti masyarakat sudah semakin paham bahwa ekonomi bangsa perlu diperbaiki.
Khususnya, masyarakat yang berada di golongan menengah ke bawah yang membutuhkan kemandirian ekonomi.
"Alhamdulilah sepertinya masyarakat sudah menangkap apa visi misi kami. Kaum pelajar juga bisa menangkap dengan cepat, tapi banyak sekali yang belum ditangkap media," ungkapnya kemudian.
"Hasil survei kompas mengafirmasi bahwa konsep kita bisa diterima masyarakat. Tapi kita masih harus bekerja keras, saya ingatkan kepada relawan bahwa tinggal 25 hari lagi dan di 21 hari terakhir akan kita sprint," tambah dia.
Jika mengacu pada hasil survei Kompas, elektabilitas Prabowo maupun Jokowi mengalami penurunan dibanding perolehan suara pada Pilpres 2014.
Hasil Pilpres 2014, pasangan Prabowo-Hatta Rajasa memperoleh 46,85 persen atau 62.576.444 suara.
Sementara pasangan Jokowi-Jusuf Kalla memperoleh 53,15 persen atau 70.997.851 suara. Selisih suara keduanya adalah 6,3 persen atau 8.421.407.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.