Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kubu Prabowo-Sandiaga Kritik Sikap Ma'ruf Amin Terkait Video Kampanye yang Diduga Fitnah

Kompas.com - 19/03/2019, 17:57 WIB
Kristian Erdianto,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator juru bicara Badan Pemenangan Nasional pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (BPN) Dahnil Anzar Simanjuntak mengkritik sikap calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin dalam sebuah video kampanye yang tersebar di media sosial.

Dalam video berdurasi 1 menit 25 detik itu tampak seorang ulama sedang berkampanye agar masyarakat ikut memenangkan Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019.

Jika tidak, kata dia, Nahdlatul Ulama akan menjadi fosil di masa depan. Selain itu, bila Ma'ruf Amin kalah maka tidak akan ada lagi Hari Santri Nasional dan zikir di Istana.

Dahnil menegaskan bahwa pernyataan tersebut merupakan hoaks dan fitnah. Ia pun menyayangkan sikap Ma'ruf Amin dalam video itu yang tidak berupaya mencegah.

"Saya kira itu adalah fakta hoaks ditebar di depan mata beliau sendiri dan beliau tidak mencegah apalagi berusaha meluruskan. Padahal dengan penuh keyakinan beliau menyampaikan didebat, akan melawan hoaks," ujar Dahnil kepada Kompas.com, Selasa (19/3/2019).

Baca juga: TKN Jokowi-Maruf Laporkan Tirto.id ke Dewan Pers Terkait Meme Hoaks

Menurut Dahnil, seharusnya komitmen untuk melawan hoaks mulai dari diri sendiri. Artinya seseorang tidak boleh abai jika ada hoaks atau fitnah yang berasal dari kelompoknya.

"Kalau yang melakukan fitnah itu orang lain atau rival maka akan menuduh dan melabel hoaks, tapi bila semburan-semburan hoaks masif mereka lakukan, mereka abai, tutup telinga dan tutup mata," kata Dahnil.

Di sisi lain, Dahnil juga mengkritik aparat kepolisian yang tidak bertindak cepat jika ada dugaan fitnah atau hoaks yang dilontarkan oleh kubu pendukung pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Sedangkan polisi akan cepat menindak kasus dugaan hoaks yang dilakukan pendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Baca juga: Dewan Pers Akan Panggil Tirto.id Terkait Aduan TKN

Ia mencontohkan kasus video emak-emak di Karawang yang beberapa waktu lalu telah ditetapkan sebagai tersangka.

"Apa bedanya video emak-emak di Karawang dengan video yang tersebar beberapa kali baik di masjid dan terakhir yang beredar ada KH Ma'ruf Amin tersebut," ucap Dahnil.

"Keduanya berisi fitnah dan hoaks, tapi perlakuan hukumnya sangat berbeda, jadi terang pihak kepolisian sedang mempertontonkan ketidakadilan secara demonstratif dan massif," kata mantan Ketua PP Pemuda Muhammadiyah itu.

Baca juga: Menurut TKN, Video Terkait NU dan Hari Santri Bukan Kampanye Hitam

Sementara itu, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily menilai, video tersebut bukan merupakan kampanye hitam.

Menurut Ace, dalam video tersebut, tidak terdapat pernyataan yang menyebut capres-cawapres lain.

"Jadi tidak ada unsur hoaks di situ atau misalnya mengandung unsur kampanye hitam. Menurut saya jangan kebakaran jenggot gitu," ujar Ace saat ditemui di kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Selasa.

Ace mengatakan, video yang tersebar di media sosial itu berbeda dengan kasus tiga ibu-ibu di Karawang atau seorang ustadz di Banyuwangi.

Kedua video itu, kata Ace, secara memuat materi kampanye yang merugikan calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo.

"Beda misalnya dengan apa yang disampaikan oleh tiga ibu-ibu di karawang atau ustadz Supriyanto di Banyuwangi," kata Ace.

"Kalau ini kan tidak ada sama sekali. Jadi tidak ada menurut kami satu pun dari pernyataan ustadz yang di dalam video itu menyatakan bahwa dia menjelekkan kampanye hitam capres lain," ucap

Kompas TV Pekan ini warga net tersenyum dengan ragam meme gambar dan kutipan nyeleneh bertema Nurhadi dan Koalisi Indonesia Tronjal Tronjol Maha Asyik. Nurhadi dan Aldo juga digambarkan seperti pasangan capres-cawapres. Di media sosial Instagram akun Nurhadi-Aldo sudah memiliki 189 ribu pengikut. KompasTV menemui pria dalam poster. Calon presiden fiktif Nurhadi. Ia adalah warga Desa Golantepus, Kudus, Jawa Tengah yang berprofesi sebagai tukang pijat dan penjual jus jamu tradisional. Bapak empat anak ini tidak menyangka dirinya bisa terkenal dan kaget karena ia tidak pernah membuat poster. Menurut Nurhadi munculnya meme capres fiktif tentang dirinya bermula saat ia sejak 5 tahun lalu membuat komunitas melalui Facebook yang di dalamnya mengunggah kalimat bijak, cerita tentang realitas kehidupan yang menggelitik sampai promo jasa pijatnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com