JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid mengungkapkan, sekitar 208 ribu sekolah menerapkan program penguatan pendidikan karakter (PPK).
Berdasarkan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 disebutkan bahwa PPK adalah gerakan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga.
Gerakan ini melibatkan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
"Penguatan pendidikan karakter itu 2016 dimulai secara formal ketika keluar Permendikbud awalnya 542 sekolah. Kabupaten, kota bersemangat, hampir berjalan sekarang di 208 ribu sekolah," kata Hilmar dalam diskusi Membangun Karakter dan Mental SDM Indonesia di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Kamis (14/3/2019).
Baca juga: Perkuat Pendidikan Karakter, WVI Luncurkan Buku Panduan PPK
Menurut Hilmar, peningkatan drastis ini merupakan hasil kerja sama pemerintah bersama dinas-dinas pendidikan di daerah.
Capaian ini perlu ditingkatkan bersama-sama guna mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental. Hal itu diamanatkan Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2016.
Hilmar menyatakan, PPK juga memerhatikan pada hal-hal kecil yang tak diajarkan di kelas.
"Misalnya di sekolah ada rak sepatu, murid-muridnya nyusun sepatunya dikasih nama, ini yang namanya pendidikan karakter, ini enggak ada anggarannya ini. Jadi jangan selalu melihat jumlah anggaran, angka," kata dia.
Hilmar juga mencontohkan keterlibatan siswa untuk membersihkan sekolah dalam waktu tertentu. Menurut dia, hal seperti ini juga untuk meningkatkan kedisiplinan anak.
"Itu ada juga konser karawitan muda, anak-anak sekolah juga dkenalkan pada seni tradisi kita. Banyak sekali program seperti ini bertebaran di Indonesia," papar Hilmar.
Menurut dia, PPK juga untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi Revolusi Industri 4.0. Indonesia diharapkan ikut memimpin revolusi ini.
"Syarat dasar kita untuk ikut terlibat kalau bisa memimpin Revolusi Industri 4.0 adalah mengatasi inferiority (rasa rendah diri)," ujar dia.
Dengan adanya PPK, siswa tidak hanya mengejar nilai akademis saja. Tetapi, pendidikan yang juga berkaitan dengan olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga.
Baca juga: Tanpa Pendidikan Karakter Kita Semua Lumpuh
PPK diintegrasikan dengan pelaksanaan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler di sekolah.
Kegiatan intrakurikuler merupakan mata pelajaran umum yang biasa diterima siswa. Kegiatan kokurikuler meliputi kegiatan pengayaan mata pelajaran, kegiatan ilmiah, pembimbingan seni dan budaya, atau bentuk kegiatan lain untuk penguatan karakter siswa.
Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler misalnya kegiatan karya ilmiah, latihan olah bakat atau minat, dan keagamaan.