JAKARTA, KOMPAS.com - Siang itu, Minggu (10/3/2019), beberapa umat tengah sibuk berbenah ketika kami tiba di Pura Eka Wira Anantha, Kompleks Grup 1 Kopassus, Serang, Banten.
Sebagian umat tampak sedang membersihkan perlengkapan yang digunakan saat perayaan Hari Raya Nyepi sehari sebelumnya.
Sebagian lagi membersihkan pendopo yang terletak di depan Pura.
Pak Ketut, salah seorang umat, menyapa dan mempersilakan kami duduk tak jauh dari pendopo. Mungkin gerak dan langkah kami yang canggung menarik perhatiannya.
"Adik-adik ini dari mana?" ujar Ketut sambil mempersilakan kami duduk.
"Kami dari komunitas Jaringan Gusdurian Banten, Pak. Kami bermaksud ingin silaturahim dengan anak-anak muda Hindu di sini," jawab Ferdinand Bernadh Heumasse, salah seorang penggerak Jaringan Gusdurian Banten.
Baca juga: Menag Tegaskan Demokrasi Harus Mampu Kelola Keberagaman
Tak lama kemudian, I Gusti Ngurah Yoga, datang menghampiri kami.
Ia adalah Ketua Pemuda Pura Eka Wira Anantha sekaligus Ketua Dharma Taruna Banten, organisasi yang mengayomi generasi muda Hindu di Provinsi Banten.
Perbincangan berlangsung santai dan hangat. Bahkan, I Wayan Budiana, salah seorang anggota Kopassus, juga ikut berbincang.
Suguhan kopi hitam menemani perkenalan dan perbincangan kami yang cukup dalam.
Ferdinand menyampaikan tujuan menyambangi Pura yang dibangun sejak tahun 1970-an itu.
Ia mengatakan, gagasan pertemuan itu berawal dari kegelisahan generasi muda Jaringan Gusdurian Banten atas minimnya dialog lintas iman.
Sementara, banyak anak-anak muda saat ini yang justru ingin memiliki jaring pertemanan dari beragam latar belakang.
"Jarang sekali ada dialog lintas iman antara anak-anak muda di Banten," ujar Ferdinand.
Di sisi lain, lanjut Ferdinand, belum banyak komunitas atau inisiatif sosial yang dapat menjadi wadah untuk berdialog antar-umat beragama.
Sehingga masyarakat menjadi mudah terpecah ketika muncul suatu konflik.
"Ketika ada masalah kita jadi punya wadah untuk berdialog," tutur pemuda Ambon yang aktif berkegiatan di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Serang itu.
Baca juga: Indahnya Keberagaman Indonesia di Festival Jadriyah 2018
Kegelisahan yang sama ternyata juga dirasakan oleh Yoga dan puluhan anak muda Hindu lainnya di Kota Serang.
Jembatan dialog yang belum terbangun seolah membuat para pemuda terasing dengan sesamanya.
Ia menyambut baik munculnya inisiatif sosial untuk membangun dialog lintas iman, khususnya di kalangan generasi muda.
"Tentunya kami menyambut baik karena jarang sekali ada dialog lintas iman atau antara agama di sini," ucap dia.