JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin menilai, tidak percaya kepada penyelenggara pemilu, baik Komisi Pemilihan Umum (KPU) maupun Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), sama saja tidak percapa pada mekanisme demokrasi.
Juru Bicara TKN Ace Hasan Syadzily menilai, tudingan yang dilayangkan pihak tertentu bahwa penyelenggara pemilu tidak netral bagian dari upaya untuk mengantisipasi jika tak memenangkan kompetisi.
"Jangan dulu melemparkan tudingan ketidaknetralan penyelengara pemilu. Padahal perlombaan intinya belum dilaksanakan. Ini artinya sama saja dengan mencari alibi jikalau nanti kalah. Kita sama-sama memiliki kesempatan untuk menjaga demokrasi kita dengan menjaga pemilu lebih fair, jujur dan adil," kata Ace, melalui keterangan tertulis, Senin (11/3/2019).
Baca juga: Survei SMRC: Banyak Pemilih Prabowo Kurang Percaya Profesionalitas KPU
"Ada 13 persen responden yang tidak percaya bahwa pemilu ini akan berjalan dengan baik karena penyelenggara pemilu ini tidak netral. Sebagian besar dari pihak yang tidak percaya terhadap netralitas penyelenggara pemilu itu adalah pendukung Prabowo-Sandi," kata Ace.
Ia mengingatkan bahwa penyelenggara pemilu diisi oleh orang-orang pilihan DPR. Mereka dipilih melalui mekanisme politik di DPR, dan semua partai politik terlibat dalam pemilihan itu.
Sebelumnya, hasil survei yang dilakukan SMRC menunjukkan, keyakinan atas profesionalitas penyelenggara pemilu cukup rendah bagi pemilih pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Baca juga: Hasil Survei SMRC: Sikap Publik Terbelah soal Isu Kotak Suara dari Kardus Permudah Kecurangan
Sebaliknya, keyakinan terhadap profesionalitas Komisi Pemilihan Umum (KPU) lebih besar angkanya bagi pemilih pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Pemilih Prabowo-Sandi lebih negatif menilai penyelenggara pemilu. Ini jadi tantangan tersendiri bagi penyelenggara pemilu," ujar Direktur Riset SMRC Deni Irvani dalam jumpa pers di kantor SMRC Jakarta, Minggu (10/3/2019).
Basis data digunakan untuk meneliti sejauh mana pemilih yakin KPU dapat menyelenggarakan pemilihan umum sesuai aturan.
Bagi pemilih Jokowi-Ma'ruf, 15,4 persen menyatakan sangat yakin. Kemudian, 74,4 persen cukup yakin. Hanya 4,9 persen yang kurang yakin, dan 0,1 persen sama sekali tidak yakin. Kemudian, 5,1 persen tidak menjawab.
Sementara, bagi pemilih Prabowo-Sandi, 11,4 persen menyatakan sangat yakin. Sebanyak 52,6 persen menyatakan cukup yakin. Namun, sebesar 21,7 persen menyatakan kurang yakin. Lalu, ada 3,6 persen yang tidak yakin sama sekali. Kemudian, 10,7 persen tidak menjawab.
Baca juga: Survei SMRC: Publik Tak Percaya Isu 7 Kontainer Surat Suara Tercoblos
Berikutnya, peneliti menanyakan lebih spesifik, sejauh mana pemilih yakin KPU dapat menyelenggarakan pemilihan presiden sesuai aturan.
Bagi pemilih Jokowi-Ma'ruf, 14,7 persen menyatakan sangat yakin. Kemudian, 75,9 persen cukup yakin. Hanya 4,1 persen yang kurang yakin, dan 0,0 persen sama sekali tidak yakin. Kemudian, 5,4 persen tidak menjawab.
Sementara, bagi pemilih Prabowo-Sandi, 10,4 persen menyatakan sangat yakin. Sebanyak 55,3 persen menyatakan cukup yakin. Namun, sebesar 20,2 persen menyatakan kurang yakin.
Lalu, ada 3,1 persen yang tidak yakin sama sekali. Kemudian, 11,0 persen tidak menjawab.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.