Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepada Moeldoko, Nelayan Buton Mengeluh Wilayah Tangkapannya Diserobot Kapal Besar

Kompas.com - 05/03/2019, 09:55 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah nelayan tradisional di Buton, Sulawesi Tenggara, mengeluhkan masih adanya kapal-kapal besar yang memasuki wilayah tangkap mereka.

Hal tersebut dikeluhkan Ketua Nelayan Tradisional Kabupaten Buton, La Jannah Ali kepada Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko saat bertatap muka di Buton, Senin (4/3/2019) kemarin.

Selain memasuki wilayah tangkap nelayan tradisional, kapal -kapal besar tersebut menempatkan rumpon (alat bantu pengumpul ikan) tidak sesuai dengan jarak yang seharusnya.

"Misalnya, yang seharusnya jarak satu rumpon dengan rumpon lain 10 mil, ini hanya 1 mil laut. Kalau paling jauh, kira-kira 4 mil," ungkap Jannah Ali.

"Rata-rata di wilayah Sulawesi Tenggara itu, khususnya di Kepulauan Buton, tidak ada (nelayan) yang sama sekali memiliki Surat Izin Pemasangan Rumpon (SIPR)," lanjut dia.

Jannah Ali mengaku, sudah mengirimkan surat aduan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terkait persoalan itu. Ia berharap KKP menindak kapal-kapal yang menyerobot wilayah tangkap nelayan tradisional.

Namun, hingga saat ini belum ada respons dari kementerian yang dipimpin oleh Susi Pudjiastuti tersebut.

Oleh sebab itu, demi keberlangsungan aktivitas, nelayan tradisional Buton sangat berharap KSP dapat mendorong penyelesaian persoalan ini. Bahkan, para nelayan berharap aduan ini disampaikan juga kepada Presiden Joko Widodo agar penyelesainnya semakin dipercepat.

"Ini adalah harapan besar dari 50.000 nelayan yang menantikan kedatangan pak Moeldoko di Buton," ujar Jannah Ali.

Moeldoko mencatat keluhan tersebut. Ia berjanji, akan berkoordinasi mengenai persoalan itu dengan Menteri Susi.

Moeldoko menekankan, perlu konsolidasi antar kementerian dan lembaga di pemerintah pusat sekaligus pemerintah daerah demi menjawab persoalan itu.

"Perlu informasi kepada menteri Kelautan dan Perikanan untuk segera mengkonsolidasikan antara peraturan yang sudah ditetapkan dan yang dijalankan selama ini," tambah Moeldoko.

Baca juga: 3 Nelayan Tanjungpinang yang Hilang Kontak Ditemukan Selamat

Dalam kesempatan itu, Moeldoko juga menyampaikan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam hal menjangkau seluruh kebutuhan nelayan tradisional.

Pemerintah mendukung kelanjutan perikanan, memberantas kapal asing ilegal, mereformasi berbagai pelayanan perijinan di bidang usaha budidaya, salah satunya dengan mulai menerapkan sistem perijinan berbasis online yaitu Aplikasi Usaha dan Bisnis Akuakultur Indonesia (AKUBISA), dan beragam upaya lain yang terus digalakkan.

Pada penghujung acara, Moeldoko dianugerahi gelar adat cinau dari Suku Ciacia di pulau Buton. Kemudian, acara dilanjutkan dengan menari Nulo-nulo, yakni sambil berpegangan tangan dengan masyarakat sekitar diiringi lagu dangdut.

Kompas TV Ratusan nelayan di tempat pelelangan ikan Kelurahan Tenda, Kecamatan Hulontalangi, Kota Gorontalo, menyatakan dukungannya terhadap pasangan cawapres dan cawapres nomor urut 01, Joko Widodo- Ma'ruf Amin. Menurut para nelayan, selama pemerintahan Presiden Jokowi telah banyak memberikan kemudahan terhadap nelayan, khususnya dalam pengurusan izin. Selain itu penenggelaman kapal asing juga membuat pendapatan nelayan meningkat.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

Nasional
Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Nasional
Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Nasional
Logo dan Tema Hardiknas 2024

Logo dan Tema Hardiknas 2024

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasional
PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

Nasional
Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

Nasional
Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

Nasional
Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Nasional
Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Nasional
5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com