Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti CSIS Ungkap 4 Faktor Penentu Partisipasi Pemilih di Pemilu 2019

Kompas.com - 27/02/2019, 17:02 WIB
Christoforus Ristianto,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti departemen politik dan perubahan sosial dari lembaga CSIS, Arya Fernandes, mengungkapkan ada empat faktor yang menentukan tingkat partisipasi pemilih di Pemilu 2019, khususnya pada pemilihan presiden (Pilpres).

Arya menjelaskan, faktor pertama adalah sistem pemilu. Menurutnya, sistem pemilu yang diterapkan di Indonesia saat ini adalah menggunakan sistem proporsional terbuka.

"Kalau kita lihat, sistem proporsional terbuka itu membuat partisipasi pemilih akan lebih tinggi jika menggunakan sistem proporsional tertutup. Indonesia, menggunakan sistem proporsional terbuka," ujar Arya dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (27/2/2019).

Namun demikian, lanjutnya, ada sejumlah pekerjaan rumah yang perlu diperbaiki oleh DPR yang merumuskan undang-undang Pemilu, salah satunya ambang batas pencalonan presiden.

Baca juga: Dirjen Dukcapil: Kalau Bisa E-KTP WNA Dicetak setelah Pemilu

Sebab, tutur Arya, tren partisipasi pemilih untuk pilpres sejak 2004 hingga 2014 mengalami penurunan.

Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), tingkat partisipasi pemilih pilpres pada 2004 yakni sebesar 79,76 persen pada putaran pertama dan 74,44 persen di putaran kedua, 2009 (72,09 persen), dan 2014 (70 persen).

"Dugaan saya karena peserta calon presiden. Pada Pilpres 2004, kita punya lima calon, kemudian pada 2009 ada tiga calon, dan di 2014 jadi dua calon. Belajar dari Pilpres 2014, masyarakat tidak memiliki alternatif calon karena hanya ada dua saja paslonnya," papar Arya.

"Ketika mereka tidak punya alternatif, mereka mungkin akan golput. Tapi ketika calonnya banyak, maka pemilih punya banyak alternatif. Maka itu, dugaan saya untuk menaikkan partisipasi pemilih adalah dengan mempermudah syarat pencalonan sehingga kompetesinya terbuka," sambungnya.

Faktor kedua, seperti diungkapkan Arya, yaitu isu negatif dan kampanye hitam. Baginya, faktor kedua ini bisa menurunkan tingkat partisipasi pemilih.

Baca juga: Seknas Prabowo-Sandi Bentuk Laskar Pencegahan dan Pengawasan Kecurangan Pemilu

Ia menegaskan, banyaknya hoaks dan minimnya inovasi di program paslon, maka pemilih tidak memiliki harapan dengan pemimpin Indonesia ke depan.

"Faktor ketiga adalah durasi kampanye juga perlu diperpendek. Durasi yang terlalu panjang ini melelahkan pemilih," ucapnya.

Dan terakhir, ungkap Arya, yakni intergritas penyelenggara pemilu, yaitu KPU dan Bawaslu. Menurutnya, sejauh ini kedua lembaga memiliki kesan yang bagus dan positif di masyarakat.

"Saya relatif tidak mendengar isu-isu negatif soal KPU dan Bawaslu," pungkasnya.

Kompas TV Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Cianjur akan menyelidiki kekeliruan NIK warga negara asing yang memiliki KTP elektronik. Hal ini karena bentuk KTP elektronik yang dimiliki WNA sekilas sama dengan milik Warga Negara Indonesia.<br /> <br /> Selain itu, beredar pula kabarWNA masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2019. Meski begitu, pada kolom kewarganegaraan, dengan jelas ditulis negara asal WNA.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com