KOMPAS.com – Menjelang hari pemungutan suara pada 17 April 2019, masing-masing tim sukses pasangan capres dan cawapres mengerahkan segala strategi untuk mengungguli pasangan lawan.
Salah satunya, strategi klaim elektabilitas yang terjadi beberapa pekan terakhir.
Klaim elektabilitas dilakukan kedua kubu, baik kubu Joko Widodo-Ma'ruf Amin, maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Klaim itu ada yang berdasar pada hasil survei lembaga internal, ada pula yang mengutip lembaga survei.
Seperti apa klaim kedua kubu?
Jawa Barat menjadi wilayah yang menjadi salah satu pusat perhatian kubu ini, mengingat pada Pilpres 20014, Jokowi kalah telak di tanah Sunda, jika dibanding dengan Prabowo yang waktu itu berpasangan dengan Hatta Rajasa.
Perolehan suara pada 2014, Jokowi tertinggal 20 persen dari Prabowo.
Kini, timses Jokowi-Ma'ruf mengklaim elektabilitas Jokowi di Jawa Barat telah mengungguli Prabowo.
Sekretaris TKN Jokowi-Ma’ruf, Hasto Kristiyanto, bahkan menyebut elektabilitas Jokowi di Jawa Barat berada di angka 52,5 persen, atau 4,1 persen di atas elektabilitas Prabowo.
Baca juga: Saling Klaim Elektabilitas, Jokowi Kuasai Jabar dan Prabowo Unggul di Jateng
Ia menyebut, angka ini didapatkan dari hasil survei internal timnya.
“Dari hasil kerja partai pengusung dan relawan, menunjukkan tren yang positif kepada Jokowi-Ma'ruf, sehingga saya meyakini elektabilitasnya masih akan terus naik,” kata Hasto, Sabtu (23/2/2019).
Selain itu, Dewan Pengarah Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma’ruf Jawa Barat, Ridwan Kamil, peningkatan ini memiliki tren yang positif.
Ridwan juga meyakini, jika dengan posisi kalah 20 persen saja Jokowi bisa terpilih menjadi presiden, apalagi dengan mengunggulinya.
Baca juga: Hasto Klaim Elektabilitas Jokowi-Maruf Ungguli Prabowo-Sandi di Jawa Barat
Angka lain disampaikan oleh Anggota Dewan Penasihat (TKN) Jokowi-Ma’ruf, Muhaimin Iskandar.