Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Sirkus Hewan di Indonesia Menurun karena Desakan Masyarakat

Kompas.com - 22/02/2019, 10:59 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Angka keberadaan sirkus yang melibatkan hewan di Indonesia sudah menurun sejak dua tahun terakhir. Sirkus ini meliputi sirkus perjalanan maupun sirkus di kebun binatang dan sejenisnya.

Hal ini dikemukakan oleh Direktur Investigasi Scorpion Wildlife Monitoring Group, Marison Guciano saat terhubung dengan Kompas.com, Kamis (21/2/2019) malam.

Menurut Marison, saat ini, tersisa dua pengelola sirkus hewan di Indonesia yang masih aktif beroperasi. 

Sejumlah sirkus berhenti beroperasi dan memperbaiki pertunjukannya karena ada desakan dari masyarakat yang mulai menyadari soal kesejahteraan hewan, terlebih hewan-hewan yang berstatus dilindungi.

"Mereka (penyelenggara sirkus) akhirnya menghentikan sirkus atau peragaan binatang karena tertekan, setelah banyak email masuk menuntut menghentikan pelibatan hewan di pertunjukan-pertunjukannya,” kata Marison.

Saat ini, banyak sirkus yang sudah menggganti hewan dengan pertunjukan lain seperti barongsai atau sirkus yang seutuhnya dilakukan oleh manusia. Meskipun, tidak dapat dipungkiri bahwa pelibatan hewan masih terjadi di sana-sini.

Mereka berdalih melakukan peragaan dan edukasi, bukan sirkus yang mengeksploitasi hewan.

Baca juga: Nestapanya Gajah-gajah yang Kerap Digunakan Beratraksi di Sirkus...

Untungnya, seiring berjalanan waktu, kesadaran masyarakat terhadap kesejahteraan hewan mulai meningkat. Sehingga mereka enggan mendatangi sirkus hewan, apalagi mengajak serta buah hatinya.

Desakan dan sikap yang ditunjukkan masyarakat ini, muncul dari banyaknya kampanye yang dilakukan oleh para aktivis perlindungan hewan, baik secara online di media sosial, maupun offline.

“Kami unggah video-video penyiksaan terhadap hewan di media sosial. Dan sekarang unggahan semacam itu mendapat respons dengan sangat cepat, masyarakat banyak yang menyebarkan ulang konten itu,” ujar Marison.

Ia mencontohkan beberapa kasus yang pernah diangkat, misalnya video seekor singa di salah satu lokasi, yang diduga diberi obat bius agar bisa diajak berfoto oleh pengunjung.

Singa tetap diajak berfoto oleh pengunjung meski tubuh singa terlihat lemas. Saking lemasnya, pelatih terlihat mengangkat kepala si singa agar kembali tegap dan menghadap kamera untuk melanjutkan foto bersama pengunjung.

Hewan-hewan ini menjadi komoditas bisnis bagi beberapa pihak. pengelola abai dengan apa saja kebutuhan yang harus dimiliki oleh seekor satwa liar.

“Hewan itu tidak hanya butuh makan, mereka butuh lingkungan aslinya untuk hidup dan berkembang. Jadi jangan pikir ketika hewan di kebun binatang atau sirkus terlihat gemuk, dia sudah sejahtera. Tidak,” ujar Marison.

Baca juga: Pegang Alat Vital Beruang demi Hibur Penonton, Sirkus Ini Tuai Kecaman

Beruang madu di kebun binatangMarison Guciano Beruang madu di kebun binatang

Hal ini juga yang Marison harapkan agar masyarakat mengerti. Tubuh yang terlihat gemuk bukan berarti hewan sejahtera karena diberi cukup makan. Lihatlah sisi yang lain, mereka hidup dalam kerangkeng besi, lingkungan tinggal yang terbatas secara ruang dan ekosistem, belum lagi lalu lalang manusia yang datang berkunjung.

“Hewan-hewan itu stres. Contoh, beruang madu ya, mereka biasa makan serangga yang didapat dari mencakar-cakar tanah," kata Marison.

"Tapi di kebun binatang tanahnya terbuat dari semen. Beruang biasa manjat pohon, di kandang enggak ada pohon. Kalau melihat beruang jalan mondar-mandir dalam jarak dekat, itu tandanya mereka stres,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

Nasional
Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Nasional
Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Nasional
Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Nasional
Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Nasional
Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Nasional
Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Nasional
Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Nasional
Selain 2 Oknum Lion Air,  Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Selain 2 Oknum Lion Air, Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Nasional
Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Nasional
Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com