Saksi Mengaku Minta Bantuan Paranormal untuk Ubah Putusan Hakim

JAKARTA, KOMPAS.com - Terdakwa Tamin Sukardi menghadirkan perempuan bernama Endang sebagai saksi yang meringankan dalam persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis (21/2/2019).

Dalam persidangan, Endang menjelaskan bahwa ayahnya merupakan teman dekat Tamin Sukardi.

Setelah ayahnya meninggal dunia, Endang menganggap Tamin seperti orangtuanya sendiri.

Endang mengaku pernah dihubungi oleh Helpandi yang merupakan panitera pengganti di Pengadilan Tipikor Medan. Saat itu, Tamin berstatus terdakwa dalam kasus korupsi.

Menurut Endang, saat itu Helpandi meminta uang kepadanya. Helpandi menjanjikan dapat mengurus perkara yang dihadapi Tamin Sukardi.

Baca juga: Ingin Suap Hakim Tipikor Medan, Tamin Sukardi Gunakan Istilah Double B

Pengurusan yang dimaksud, yakni peralihan status tahanan atas alasan kesehatan dan putusan bebas untuk Tamin.

"Helpandi sebutkan angka Rp450 juta. 100 (Rp100 juta) untuk administrasi, 350 (Rp350 juta) untuk hakim," kata Endang.

Meski demikian, Endang mengaku tidak memenuhi permintaan itu. Dia juga tidak meminta uang kepada Tamin.

Menurut Endang, temannya menyarankan agar dia meminta bantuan paranormal. Ia kemudian berinisiatif untuk menghubungi paranormal tersebut.

Sebelumnya, Endang menanyakan nama-nama hakim kepada Tamin Sukardi. Nama-nama hakim itu kemudian diberitahukan kepada paranormal.

"Ada orang yang ngomong, ini nih ada orang pintar, bisa kayak gini. Ya sudah saya coba ke sana gitu, tapi itu inisiatif saya, bukan disuruh Bapak Tamin," kata Endang.

Baca juga: Tamin Sukardi Didakwa Menyuap Hakim Pengadilan Tipikor Medan

Menurut Endang, dia tidak berniat untuk mengirimkan tenung kepada majelis hakim.

Endang berharap paranormal tersebut dapat mengubah pemikiran majelis hakim, sehingga memberikan vonis bebas kepada Tamin.

"Biar didoakan, supaya bisa berubah pikirannya, enggak jahat lagi gitu. Maksud saya bukan untuk guna-guna," kata Endang.

Dalam kasus ini, Tamin Sukardi bersama-sama dengan Hadi Setiawan alias Erik didakwa menyuap hakim Merry Purba melalui panitera pengganti Helpandi sebesar 150.000 dollar Singapura.

Selain kepada Merry, menurut jaksa, Tamin juga berencana memberikan uang 130.000 dollar Singapura kepada hakim Sontan Merauke Sinaga.

Menurut jaksa, pemberian uang tersebut diduga untuk memengaruhi putusan hakim dalam perkara korupsi yang sedang ditangani.

Perkara tersebut yakni dugaan korupsi terkait pengalihan tanah negara atau milik PTPN II Tanjung Morawa di Pasar IV Desa Helvetia, Deli Serdang, Sumatera Utara.

Adapun, Tamin Sukardi menjadi terdakwa dalam perkara dugaan korupsi tersebut.