Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Hati-hati Bermain Bola Liar "Propaganda Rusia"

Kompas.com - 19/02/2019, 12:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Apalagi, Asia diprediksi akan menjadi center of the world's gravity atau pusat gravitasi peradaban dunia, sebagaimana salah satunya diungkapkan oleh ekonom AS Gary Becker, dan Asia Tenggara secara khusus, akan menjadi poros di dalamnya.

Dengan konteks "gemuruh" ekonomi-politik di Laut China Selatan, misalnya, negara seperti Rusia perlu jaminan untuk tetap menjadi pemain utama di dalamnya.

Oleh karena itu, memastikan kepentingan-kepentingannya tetap terjaga di Indonesia sebagai bagian dari poros gravitasi dunia di masa yang akan datang adalah sebuah keharusan bagi negara tersebut.

Artinya, kalau mau dicarikan irisannya, akan ada saja persilangan kepentingan yang sangat mungkin diperjuangkan juga oleh Rusia dan konteks tersebut membuat negara ini punya konsen dalam pergantian kekuasaan di negeri ini.

Namun, apakah isu di balik dua kata yang "melompat" dari mulut calon presiden Joko Widodo (Jokowi) tersebut bakal mencapai kondisi strategis itu?

Jika yang dimaksud Jokowi adalah cara-cara propaganda yang sering dipakai Rusia, apakah peluang pelakunya hanya ada di pihak lawan politiknya, yakni Prabowo Subianto-Sandiaga Uno? Atau, justru pihak Jokowi punya peluang untuk melakukan hal yang sama?

Tentu jawabannya sangat bergantung kepada pihak mana kita bertanya. Hampir bisa dipastikan, tidak akan ada satu pun pihak yang bersedia mengakui bahwa mereka menggunakan cara-cara kotor dalam memenangi kontestasi.

Namun, jika kita mencoba meraba peluang dan kapasitas para pihak dalam memainkan propaganda ala Rusia tersebut, semua pihak yang terlibat dalam kontestasi berpeluang melakukannya.

Tidak hanya pihak oposisi yang memang memiliki intensi untuk mengganggu citra penguasa, penguasa yang sedang berkuasa pun memiliki kapasitas dan peluang yang tak kalah besar untuk memproduksi "propaganda Rusia" untuk merontokkan pamor dan kredibilitas pihak oposisi.

Penguasa melalui jejaring otoritas dan media yang dimiliki jauh lebih berkapasitas untuk menebar kebohongan dan kebencian, bahkan dengan metode dan mekanisme yang juga jauh lebih sistematis dan terorganisasi.

Oleh karena itu, ada baiknya Jokowi dan tim pemenangannya lebih berhati-hati dalam menggunakan diksi dan terminologi agar tidak membangun pembelahan yang berujung pada dikotomi "insider" dan "outsider".

Model komunikasi yang diniatkan untuk medelegitimasi pihak kompetitor secara tidak sehat justru akan mengarahkan persepsi negatif publik kepada pemerintah sendiri, yakni berpotensi melahirkan anggapan "paranoid" di dalam persepsi publik.

Karena, pada ujungnya publik akan mengukur secara komparatif bahwa yang melakukan propaganda sebagaimana yang diperbandingkan oleh Tim Pemenangan Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin adalah Rusia sebagai sebuah negara yang dijalankan oleh sebuah pemerintahan dan dikuasai secara politik oleh seorang penguasa yang legitimate menurut rule of the game negara tersebut.

Dengan perspektif komparatif tersebut, maka dengan mudah publik bisa mengembalikannya ke dalam negeri secara bulat-bulat bahwa yang memiliki kapasitas lengkap untuk melakukan hal yang sama di dalam negeri adalah institusi, lembaga, sesosok kepala institusi, dan supporting system-nya, yang setara dengan pembanding di atas.

Nah, dengan cara pandang yang demikian, maka istilah propaganda Rusia akan seketika bisa menjadi bola liar, yang sesaat bisa saja melekat di kerah baju oposisi, tapi sesaat selanjutnya bisa berpindah ke peci pemerintah yang sedang berkuasa.

Dalam konteks inilah, saya kira, Jokowi harus lebih hati-hati dalam melakukan politik "offensive", karena di satu sisi selain bisa berujung pada pergumulan tak sehat di antara sesama anak bangsa, di sisi lain juga bisa memantul ke muka sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Nasional
Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Nasional
Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Nasional
Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com