"Tradisi mudik jelas adopsi akulturasi dari China dan di sana tradisi ini disebut 'chunyun' yang menjadi migrasi besar-besaran milyaran orang Tionghoa di China dan negara lain," ujar Revando.
Menurut dia, tradisi ini dilakukan 15 hari sebelum perayaan Imlek dan dapat berlangsung hingga 40 hari. Tradisi ini hampir mirip dengan tradisi mudik di Indonesia ketika Lebaran.
Bedanya, di Indonesia waktunya lebih singkat dan libur hanya satu hari saja sedangkan di China waktunya lebih panjang.
Baca juga: Seni Liong dan Barongsai, Pemersatu Etnis dan Budaya di Solo
Jika di Amerika Serikat ada Thanksgiving, maka orang-orang Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek.
Inti hari raya ini adalah agar keluarga bisa berkumpul bersama, duduk mengelilingi meja makan, untuk bersantap sembari bertukar cerita dan bersyukur atas segala hal yang telah mereka alami di tahun sebelumnya.
Ketika para pemudik sampai di rumah, mereka akan melakukan serangkaian ibadah sesuai dengan kepercayaan. Walaupun berbeda agama, konsep merayakan Imlek masih diberlakukan oleh orang-orang keturunan Tionghoa.
Salah seorang keturunan Tionghoa yang juga alumni Fakultas Ilmu Budaya UNS, Tasya, mengungkapkan bahwa dia biasanya keluarganya berkumpul walaupun mereka berbeda agama dan kepercayaan menjelang Imlek.
"Keluargaku biasanya datang berkumpul dan sehari sebelum Imlek beribadah menghidupkan dupa di rumahnya," ujar Tasya.
Dikutip dari Harian Kompas edisi 14 Juni 2001, Imlek memang identik dengan kebersamaan dan bersih jiwa. Maka dari itu,yang pertama-tama harus dilakukan adalah membersihkan rumah.
Rumah, dalam kepercayaan China ibarat jiwa dari manusia. Kalau jiwa sudah bersih, maka yang bersangkutan siap menerima keberuntungan selama tahun berikutnya. Itu sebabnya sekalipun sibuk, masyarakat Tionghoa tak lupa membersihkan rumah.
"Bersih-bersih sebelum Imlek dipercaya dapat mengusir seluruh hal buruk selama satu tahun sebelumnya. Namun, bersih-bersih ketika Imlek merupakan hal yang dihindari karena dipercaya membersihkan segala keberuntungan," kata Ravando.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.