Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heryadi Silvianto
Dosen FIKOM UMN

Pengajar di FIKOM Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan praktisi kehumasan.

Pilpres Terjebak Isu Recehan

Kompas.com - 04/02/2019, 21:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


Terpelanting agenda setting

Kita sering mendengar tentang istilah agenda setting yaitu upaya media untuk membuat pemberitaannya tidak semata-mata menjadi saluran isu dan peristiwa. Ada strategi, ada kerangka yang dimainkan media sehingga pemberitaan mempunyai nilai lebih terhadap persoalan yang muncul.

Maxwell McCombs dan Donald Shaw menjelaskan agenda setting dibangun dengan tiga pilar utama: media agenda, public agenda, dan policy agenda. Sejatinya antara satu agenda dengan lainnya saling memengaruhi.

Dalam membaca siklus agenda setting sesungguhnya tidak mesti didominasi dan diawali kepentingan media semata (issues discussed in the media). Bisa jadi sebuah isu di inisiasi oleh publik (issues discussed and personally relevant to the public) maupun pemegang kebijakan (issues that policy makers consider important).

Repotnya kita menduga proses merumuskan agenda yang dilakukan oleh para pelaku agenda setting dilakukan dengan metodologi dan pendekatan yang salah sejak awal.

Setiap hari para tim sukses memperhatikan angka-angka elektabilitas dari balik layar, persis seperti pialang saham di bursa. Setiap angka yang menunjukan tanda negatif menjadi kabar buruk yang membuat mereka ‘blingsatan’ dan berpikir siasat baru untuk menaikan kandidat lewat strategi menjatuhkan kompetitor.

Lalu di sepanjang waktu melakukan monitoring dan social media audit memperhatikan ucapan, teks, tindakan dan sikap kandidat lain untuk dicari ‘borok’ dan cela. Salah sedikit langsung di-bully. Pola luka yang dicari-cari dan dibiarkan basah terus menerus.

Kita juga menyesal dengan apa yang terjadi dengan media, meski tidak seluruhnya. Ada saja wartawan yang malas turun ke lapangan, menyelami aslinya pertarungan politik langsung dari sumbernya, yang bisa mengujinya dengan realitas empirik, hingga akhirnya mendapatkan sintesis baru cara menghasilkan berita.

Mereka lebih senang memantau narasumber dari twit dan vlog. Menuliskannya melewati meja redaksi, jadilah produk berita ‘asal-asalan’ dibagi dan dialihpesankan oleh warganet (viral).

‘Kicauan dan ocehan’ jadi berita, sedikit balut sana sini dari mulai judul berita yang bersifat clickbait hingga isi yang menggoda pembaca lakukan clicking monkey. Dalam lirih, dari balik ‘jendela rumah’ saat menengok keluar ternyata situasi serupa terjadi di banyak negara, bahkan dalam satu titik tertentu hingga jadi konflik dan berkepanjangan.

U-turn

Melihat seluruh fenomena ini, ada baiknya kita mulai mengambil arah balik (U-turn) terhadap semua sengkarut tema kampanye yang ada saat ini, mengambil posisi lebih tenang dan menjaga jarak.

Mau tidak mau harus dimulai dari para ator politik dan pegiat media. Mulailah bicara yang benar terkait hal-hal yang subtansial. Dalam proses mediasi informasi itu melelahkan, namun setidaknya kita bisa merasakan dengan mudah ada kekacauan yang sedang terjadi.

Proses U-turn memang tidak bisa dilakukan secara tergesa-gesa dan cepat, sebagaimana kita akan memutar balik di jalan raya. Kemauan berdialog dan saling membuka diri adalah cara awal untuk memulai.

Meski berat situasi untuk berbalik mutlak dilakukan, daripada kita terus memaksakan kompetisi yang jalan dan arah tujuan tidak jelas. Sebelum kita terlalu jauh tersesat dan tidak menemukan ‘jalan pulang’. (Heryadi Silvianto, Dosen Fikom Universitas Multimedia Nusantara)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Nasional
Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Nasional
Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25-30 Juta

Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25-30 Juta

Nasional
Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Nasional
Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho, Jelang Disidang Dewas KPK Karena Masalah Etik

Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho, Jelang Disidang Dewas KPK Karena Masalah Etik

Nasional
Kejagung Diminta Segera Tuntaskan Dugaan Korupsi Komoditi Emas 2010-2022

Kejagung Diminta Segera Tuntaskan Dugaan Korupsi Komoditi Emas 2010-2022

Nasional
PKB-Nasdem-PKS Isyaratkan Gabung Prabowo, Pengamat: Kini Parpol Selamatkan Diri Masing-masing

PKB-Nasdem-PKS Isyaratkan Gabung Prabowo, Pengamat: Kini Parpol Selamatkan Diri Masing-masing

Nasional
Saksi Sebut Dokumen Pemeriksaan Saat Penyelidikan di KPK Bocor ke SYL

Saksi Sebut Dokumen Pemeriksaan Saat Penyelidikan di KPK Bocor ke SYL

Nasional
Laporkan Albertina ke Dewas KPK, Nurul Ghufron Dinilai Sedang Menghambat Proses Hukum

Laporkan Albertina ke Dewas KPK, Nurul Ghufron Dinilai Sedang Menghambat Proses Hukum

Nasional
TKN Sebut Pemerintahan Prabowo Tetap Butuh Oposisi: Katanya PDI-P 'Happy' di Zaman SBY...

TKN Sebut Pemerintahan Prabowo Tetap Butuh Oposisi: Katanya PDI-P "Happy" di Zaman SBY...

Nasional
KPK Belum Terima Salinan Resmi Putusan Kasasi yang Menang Lawan Eltinus Omaleng

KPK Belum Terima Salinan Resmi Putusan Kasasi yang Menang Lawan Eltinus Omaleng

Nasional
'Groundbreaking' IKN Tahap Keenam: Al Azhar, Sekolah Bina Bangsa, dan Pusat Riset Standford

"Groundbreaking" IKN Tahap Keenam: Al Azhar, Sekolah Bina Bangsa, dan Pusat Riset Standford

Nasional
Karpet Merah Parpol Pengusung Anies untuk Prabowo...

Karpet Merah Parpol Pengusung Anies untuk Prabowo...

Nasional
Cinta Lama Gerindra-PKB yang Bersemi Kembali

Cinta Lama Gerindra-PKB yang Bersemi Kembali

Nasional
PKB Beri Sinyal Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin Dinilai Ingin Amankan Kursi Ketum

PKB Beri Sinyal Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin Dinilai Ingin Amankan Kursi Ketum

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com