Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nelayan Curhat ke Jokowi soal Lama Perizinan, Menteri Susi Membantah

Kompas.com - 30/01/2019, 22:31 WIB
Ihsanuddin,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah nelayan besar curhat kepada Jokowi mengenai masalah perizinan yang lambat. Namun, Menteri Kelautan Susi Pudjiastuti membantah pernyataan nelayan itu.

Hal ini terjadi saat Presiden Jokowi bersilaturrahmi dengan pengusaha industri perikanan tangkap di Istana Negara, Jakarta, Rabu (30/1/201)

Salah satu keluhan soal lamanya perizinan disampaikan oleh Suwarto asal Indramayu yang memiliki beberapa kapal dengan ukuran lebih dari 30 Gross Ton (GT).

Jokowi memanggil Suwarto ke panggung dan menanyakan proses perizinan memakan waktu berapa lama.

"Jangan takut sama Bu Susi," kata Jokowi meminta Suwarto blak-blakan.

"Perpanjangan SIPI (Surat Izin Penangkapan Ikan) enggak sampai satu bulan, kurang lebih 20 harian," jawab Suwarto.

Baca juga: Susi: Pemilik Kapal Ikan Tak Berizin Siap-siap Dipermalukan

"Masih lama itu," timpal Jokowi.

Jokowi pun kemudian bercerita soal proses izin di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Menurut dia, dulunya mengurus perizinan di BKPM membutuhkan waktu bertahun-tahun, tetapi sekarang sudah bisa selesai dalam dua jam.

"Saya ingin, Bu Menteri perintah ke Dirjen bangunlah sebuah sistem untuk perizinan yang cepat, yang (hitungan) jam lah," ucap Jokowi.

Ditanya wartawan usai acara, Susi membantah bahwa perizinan memakan waktu hingga puluhan hari.

"Kalau benar, satu sampai dua hari juga sudah keluar," kata Susi.

Baca juga: Masuk Daftar Bergengsi Para Pemikir Dunia, Ini Kata Menteri Susi

Susi beralasan, pengurusan izin kerap menjadi lama karena para pengusaha harus jujur dalam pelaporan hasil tangkapan ikan. Susi menegaskan, pihaknya tidak akan mengeluarkan izin apabila pelaku usaha tidak melaporkan hasil tangkapan dengan benar.

Susi mencontohkan ada pengusaha penangkapan ikan yang memiliki pendapatan 2.000 ton ikan dalam setahun, namun hanya melaporkan 20 ton atau 200 ton.

"Banyak juga pengusaha yang memang tidak mau perbaiki, mereka hanya cerita dimana-mana izin susah di KKP. Padahal sudah jelas kita ingin laporan hasil tangkapan yang benar, hasil usaha yang benar, kenapa? Supaya kelihatan, naiknya angka pendapatan, angka tangkapan itu berapa," kata Susi.

Susi melihat banyak pengusaha yang memang tidak mau memperbaiki hasil laporannya secara tepat dan jujur, karena takut dengan persoalan pajak.

"Saya mengerti beberapa pengusaha takut konsekuensi pajak, tapi kan ya kita di negeri yang memang harus pajak, harus masuk juga. Kita ingin laporan jadi benar, jadi bukan cuma legal saja, tapi juga reported, regulatednya benar," papar Susi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Nasional
Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Nasional
Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 'Amicus Curiae'

Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 "Amicus Curiae"

Nasional
Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangkan Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangkan Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Nasional
Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | 'Amicus Curiae' Pendukung Prabowo

[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | "Amicus Curiae" Pendukung Prabowo

Nasional
Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

Nasional
Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Nasional
Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Nasional
Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Nasional
Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com