JAKARTA, KOMPAS.com - Sikap calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto terhadap sebagian media massa dinilai, sebagai bentuk strategi Prabowo dalam menghadapi pemilihan presiden. Sikap yang cenderung tidak ramah terhadap awak media dinilai bukan sikap alami Prabowo.
"Kenapa Prabowo lebih terkesan melawan media massa, ya karena timnya sudah tahu Jokowi adalah media darling. Kalau sama-sama jadi media darling, ya dia adalah follower (pengikut)," ujar anggota Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tri Agung Kristanto dalam diskusi Jaringan Nasional Jurnalis Anti Hoaks di Kebayoran, Jakarta Selatan, Jumat (25/1/2019).
Baca juga: Dengan Suara Meninggi, Prabowo Cibir Media Massa soal Jumlah Peserta Reuni 212
Menurut Tri, jika Prabowo memaksakan untuk dekat dengan media, selain tidak mudah, hal itu malah bisa menurunkan citra Prabowo dibanding calon presiden nomor urut 1 Joko Widodo. Kondisi tersebut diduga telah dipahami tim kampanye Prabowo.
Tri mengatakan, strategi yang paling baik bagi Prabowo adalah dengan menonjolkan sikap kontroversi. Dengan begitu, nama dan sosok Prabowo dapat melekat di pikiran masyarakat.
"Bagaimana caranya agar menempatkan diri sebagai top of mind masyarakat," kata Tri.
Menurut Tri yang juga Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas itu, hal serupa juga pernah dilakukan oleh Jokowi. Sejak sebelum menjadi presiden, Jokowi telah dibentuk oleh tim kampanye untuk selalu dekat dengan media.
"Memang Jokowi di-create tim medianya untuk jadi media darling dan dia bangun dirinya jadi objek pemberitaan," kata Tri.
Namun, ia tidak menyebut nama media dan menjelaskan soal berita bohong yang dia maksud. "Rakyat mau dicuci otaknya dengan pers yang terus terang saja banyak bohongnya daripada benarnya," kata dia.
Baca juga: Menurut Prabowo, Saat Ini Banyak Media Massa Beritakan Kebohongan
Ketua Umum Partai Gerindra itu lalu mengkritik banyaknya media massa yang tidak memberitakan acara Reuni 212 yang digelar di Lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, pada Minggu (2/12/2018) lalu.
Ia juga mempersoalkan pemberitaan yang menyebut jumlah peserta Reuni 212 hanya mencapai sekitar 15.000 orang. Padahal, klaim Prabowo, peserta yang hadir mencapai 11 juta orang.
"Tiap hari ada kira-kira 5 sampai 8 koran yang datang ke tempat saya. Saya mau melihat bohong apalagi nih. Saya hanya mau lihat itu. Kebohongan apalagi yang mereka cetak," kata dia.