Pada intinya, kedua kandidat lebih banyak mengeksplorasi diri alih-alih memberikan substansi atas janji dan program yang diajukan.
Hal ini, meskipun sah dilakukan, patut dikritik karena malah membuat perdebatan tidak menampilkan apa-apa kecuali talk show dan tidak menjanjikan perbaikan ke depan.
Debat kandidat Presiden dan Wakil Presiden 2019 tentu menjadi harapan besar bagi rakyat Indonesia. Oleh sebab itu, memperbaiki kualitas debat presiden menjadi tantangan utama.
Terkait dengan hal tersebut, kami berpendapat bahwa ada tiga hal yang bisa diperbaiki dalam debat selanjutnya.
Pertama, perlu ada perbaikan dalam substansi kebijakan dan metode kampanye. Hal-hal tak substansial seperti perselisihan dan fanatisme buta antarpendukung di media sosial sebaiknya diminimalisasi.
Provokasi dari tim sukses atau coverage media yang "salah fokus" pada performa (dan bukan kebijakan) perlu dikurangi di debat selanjutnya.
Sebab, sejatinya yang harus dipentingkan bukanlah sekadar "saling pamer" mengenai kubu siapa yang lebih unggul atau kubu mana yang lebih "cerdas".
Yang harus dilakukan adalah debat yang menampilkan arah kebijakan, didukung oleh sikap saling menghargai atas visi dan misi semua kandidat.
Kedua, teknis penyelenggaraan juga perlu ditingkatkan. KPU pun diharapkan bisa menghadirkan perdebatan yang lebih profesional dan mendalam, terfokus pada penggalian visi misi dan program kandidat.
Penyiaran debat hendaknya dilakukan seluas mungkin dan tidak hanya mengandalkan pada segelintir media.
Di sisi lain, konten dan teknis perdebatan perlu dibuat untuk lebih mengakomodasi pertarungan gagasan, dan bukan ajang saling mengkritik individu. Hal ini tentu membutuhkan kualitas moderator yang mumpuni, serta kualitas pertanyaan yang konstruktif.
Ketiga, sebagai konsekuensinya, kedua kandidat perlu lebih berorientasi pada gagasan, bukan hanya citra diri atau serangan ad hominem kepada kandidat lain.
Para kandidat sebaiknya tak hanya saling mencuri kesempatan untuk membangun citra, membelokkan pertanyaan atau berusaha keluar dari koridor isu yang diberikan.
Gagasan-gagasan baru, inovatif dan lepas dari jawaban normatif tentunya sangat diharapkan oleh masyarakat Indonesia di dalam dan luar negeri.
Pada akhirnya, perdebatan perlu diikuti dengan pendalaman data dan fakta, sehingga arah kebijakan menjadi jelas, dan kita tidak lagi "salah fokus" dalam debat-debat pilpres selanjutnya.
Angga Fauzan
Mahasiswa Pascasarjana di University of Edinburgh, Skotlandia, dan Anggota Pusat Kajian dan Gerakan PPI Dunia
Ahmad Rizky M Umar
Mahasiswa Doktoral di University of Queensland, Australia, dan Kepala Pusat Kajian dan Gerakan PPI Dunia