Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Anggota DPRD Kalteng Pakai Sandal Jepit dan Minta Diperiksa KPK

Kompas.com - 24/01/2019, 08:34 WIB
Abba Gabrillin,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com-Anggota DPRD Kalimantan Tengah Muhammad Asera dan anggota Komisi B lainnya sedang berada di Hotel Sultan, Jakarta, saat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar operasi tangkap tangan pada 27 Oktober 2018 lalu.

Keberadaan Asera dan legislator lainnya di Jakarta, sebenarnya untuk membahas rancangan peraturan daerah dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Namun, Asera tak menyangka hari itu empat orang rekannya menjadi target operasi tangkap tangan.

Asera menceritakan secara rinci kejadian tersebut saat bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Rabu (23/1/2019). Asera bersaksi untuk tiga pejabat Sinarmas yang didakwa menyuap anggota DPRD Kalimantan Tengah.

Pakai sandal jepit.

Asera yang merupakan politisi senior Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu kaget saat diberitahu oleh staf bahwa ada anggota Komisi B yang dibawa oleh petugas KPK. Mendengar kabar tersebut, Asera yang sedang bersantai di hotel, langsung berusaha mencari kebenaran informasi tersebut.

Tanpa berpikir panjang, mantan pensiunan anggota Polri itu langsung mendatangi Gedung Merah Putih KPK di Kuningan, Jakarta. Asera yang dilanda rasa penasaran begitu terburu-buru hingga lupa bahwa dia belum menggunakan sepatu.

Baca juga: Sesama Anggota DPRD Kalteng Curiga Ada Rencana Memeras Sinarmas

"Yang lucunya, saya ternyata masih pakai sendal jepit. Ternyata masih diperbolehkan masuk oleh KPK," ujar Asera kepada majelis hakim.

Asera kemudian meminta agar dirinya dapat diperiksa dan memberikan keterangan kepada penyidik KPK. Setelah beberapa jam memberikan keterangan, Asera diminta menandatangani berita acara pemeriksaan (BAP).

Namun, Asera ternyata belum puas setelah memberikan keterangan. Asera meminta izin kepada penyidik untuk menunggu sampai empat rekannya yang ditangkap diumumkan sebagai tersangka dan keluar mengenakan rompi oranye.

"Saya tanya, boleh enggak saya nunggu pengumuman tersangka. Sampai mereka keluar pakai rompi oranye, barulah saya tahu yang membuat jadi ramai-ramai ini," kata Asera.

Adapun, empat anggota DPRD yang ditangkap yakni Borak Milton, Ketua Komisi B DPRD Provinsi Kalteng dan Punding LH Bangkan selaku Sekretaris Komisi B DPRD Provinsi Kalteng. Kemudian, dua anggota Komisi B Edy Rosada dan Arisavanah.

Curiga sejak awal.

Asera selaku Wakil Ketua Komisi B mengatakan, sejak awal dia mencurigai ada upaya anggota Komisi B DPRD Kalteng untuk memeras pejabat Sinarmas.

Baca juga: Sebelum Minta Uang, Anggota DPRD Kalteng Ajak Pejabat Sinarmas Berteman

"Komisi B ini mereka kompak Pak. Mereka satu grup, ketua, sekretaris, dan Arisavana. Yang jelas, kalau ada saya, mereka bubar," kata Asera.

Menurut Asera, kecurigaannya timbul karena beberapa anggota Komisi B selalu berbisik-bisik saat melakukan kunjungan kerja ke lokasi perkebunan sawit milik Sinarmas.

Dalam berita acara pemeriksaan, Asera mengatakan, ia menduga ada oknum yang melakukan pemerasan kepada perusahaan sawit. Dua di antaranya adalah Ketua Komisi B Borak Milton dan Sekretaris Komisi Punding Bangkan.

"Melihat gelagat mereka setiap pulang dari lapangan ada yang tidak beres, saya pasti marah. Setelah itu ada pertemuan di luar yang saya tidak tahu. Itu yang dalam hati saya bilang tidak beres," kata Asera.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejauh Mana 'Amicus Curiae' Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Sejauh Mana "Amicus Curiae" Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Nasional
Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Nasional
TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

Nasional
Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Nasional
Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Nasional
Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 'Amicus Curiae'

Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 "Amicus Curiae"

Nasional
Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangkan Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangkan Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Nasional
Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | 'Amicus Curiae' Pendukung Prabowo

[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | "Amicus Curiae" Pendukung Prabowo

Nasional
Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

Nasional
Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com