JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, pemerintah bakal mengurangi impor di sektor energi untuk menekan defisit neraca perdagangan.
Hal itu disampaikan Kalla menanggapi tingginya defisit neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2018 yang mencapai 8,57 miliar dollar AS.
"Kita mengurangi impor energi. Dengan cara ya minyak sawit lah campur, kemudian juga semua mendirikan kilang. Ini dalam waktu tahun ini kira-kira tiga kilang minyak akan mulai dibangun," ujar Kalla saat ditemui di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (22/1/2019).
Baca juga: Defisit Neraca Perdagangan Tembus Rekor Bukan Hanya karena Migas
Beberapa kilang minyak yang akan dibangun rencana berada di Kalimantan Timur yakni di Balikpapan dan Bontang.
Selain itu, kata Kalla, pemerintah juga mengintensifkan hubungan dagang dengan banyak negara agar semakin banyak produk Indonesia yang bisa diekspor.
"Karena itu kita perbanyak perdagangan bebas dengan banyak negara-negara, Australia, Amerika, Eropa, dan sebagainya. Memperluas pasar," lanjut dia.
Baca juga: Defisit Neraca Perdagangan Jeblok di 2018, Bagaimana 2019?
Neraca perdagangan Indonesia menyentuh defisit tertinggi pascareformasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, defisit neraca perdagangan RI mencapai 8,57 miliar dollar AS sepanjang 2018.
Angka ini merosot tajam dibandingkan neraca dagang tahun sebelumnya. Pada 2017 lalu, neraca dagang Indonesia justru mengalami surplus 11,84 miliar dollar AS.
"Penyebab defisit 2018 lebih karena defisit migas 12,4 miliar dollar AS," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Selasa (15/1/2019).
Baca juga: BI: Defisit Neraca Perdagangan Desember 2018 Menurun
"Sementara itu untuk nonmigas, kita masih surplus 3,84 milliar dollar AS," sambung dia.
Sebelum 2018, berdasarkan data yang dimiliki BPS, defisit neraca dagang Indonesia terjadi pada 1975 sebesar 391 juta dollar AS dan pada 2012 sebesar 1,7 miliar dollar AS.
Selanjutnya, pada 2013 terjadi defisit neraca perdagangan sebesar 4,08 miliar dollar AS dan pada 2014 defisit mencapai 2,20 miliar dollar AS.
Suhariyanto mengatakan, defisit neraca dagang selama 2018 merupakan pekerjaan rumah pemerintah. Ini terutama untuk meningatkan ekspor dan di sisi lain menahan impor.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.