JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli psikologi politik Irfan Aulia menilai calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo cenderung tampil agresif saat debat pertama Pilpres 2019 pada Kamis (17/1/2019) lalu.
Agresivitas Jokowi terlihat dari lontaran pertanyaan dan pernyataan yang dinilai menyerang pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
"Untuk kemarin itu, dia (Jokowi) terlalu cepat menembak, terlalu tidak sabar. Orang kalau tidak sabar itu biasanya karena tertekan," ujar Irfan dalam sebuah diskusi di media center pasangan Prabowo-Sandiaga, Jalan Sriwijaya I, Jakarta Selatan, Senin (21/1/2019).
Menurut Irfan, seharusnya sebagai petahana Jokowi dapat tampil jauh lebih tenang, sabar dan tidak terlalu menyerang.
Baca juga: Saat Debat Pertama, Jokowi Dinilai Tampil Lebih Agresif daripada Prabowo
Sebab, kata Irfan, Jokowi memiliki kelebihan dalam memaparkan pencapaian-pencapaian yang berhasil dilakukan selama empat tahun masa pemerintahannya.
"Kalau dia petahana dan yakin apa yang sudah dilakukan, dia akan tenang dan sabar. Sebagai petahana seharusnya Jokowi lebih tenang dan sabar karena bola ada di tangan dia," kata Irfan.
Sementara, lanjut Irfan, Prabowo cenderung bersikap tenang. Padahal sebagai oposisi, Prabowo diprediksi akan tampil menyerang.
Baca juga: Timses Jokowi-Maruf: Jangan Nilai Kiai Maruf Tidak Lebih Jago dari Sandiaga
Apalagi, menjelang debat pertama, sejumlah petinggi BPN menyebut bahwa pasangan Prabowo-Sandiaga akan menyinggung kasus kekerasan terhadap penyidik KPK Novel Baswedan yang hingga kini belum tuntas.
"Itu yang membuat saya terkejut juga. Dia menampilkan sesuatu yang unik, baru dan tidak pernah ditampilkan sebelumnya," kata Irfan.
"Kalau oposisi memang tabiatnya akan agresif, tapi hal yang menarik saat itu justru dia menampilkan sosok Prabowo yang lebih tenang. Malah menurut saya Prabowo lebih sopan untuk menjadi oposisi. Harusnya ada beberapa kesempatan untuk menyerang tapi dia tidak lakukan itu," kata dia.