Masyarakat yang makin acuh tak acuh terhadap lingkungan sosialnya, bisa dipastikan akan kehilangan rasa hormat dan sikap toleran yang dibutuhkan.
Masyarakat yang lebih senang berdandan dan tampil serba wah tanpa peduli bagaimana penderitaan orang-orang miskin di sekitarnya, mereka umumnya adalah warga masyarakat yang lebih memperhatikan penampilan daripada isi.
Apakah perubahan dan perkembangan zaman memang selalu mematikan roh dan membuat relasi sosial berkembang makin soliter dan hambar?
Dalam pandangan masyarakat yang psimistik, perubahan selalu dibayangkan seperti mesin-mesin raksasa atau yang disebut Ritzer (2010) sebagai juggernaut modernitas, yakni mesin raksasa yang akan menghancurkan kehidupan dan peradaban.
Tetapi, bagi kita yang optimistik, perubahan sesungguhnya adalah sebuah peluang baru, sebuah harapan baru bagi manusia di masa depan.
Saat ini kita tentu harus bersikap optimistik dan ,tidak menutup mata bahwa di balik ancaman memudarkan hasrat untuk berjuang, sesungguhnya masih banyak warga masyarakat lain yang memiliki kepedulian terhadap sesamanya.
Setiap muncul momentum untuk berbagi, selalu saja muncul orang-orang yang peduli dan bersedia mengulurkan tangan untuk menolong warga lain yang ditimpa musibah.
Memasuki tahun politik, sudah menjadi tanggungjawab kita bersama untuk selalu mendoakan, dan bersedia menyelamatkan semua orang tanpa pandang bulu serta syakwasangka. (Bagong Suyanto, Guru Besar Sosiologi FISIP Universitas Airlangga)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.