JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemilihan Umum ( KPU) bersikukuh pada keputusannya untuk tak memasukkan nama Oesman Sapta Odang (OSO) dalam daftar calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pada Pemilu 2019.
KPU tetap konsisten pada sikapnya meski OSO meminta Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) mengeluarkan surat penetapan eksekusi putusan PTUN Nomor 242 mengenai pencalonan dirinya sebagai anggota DPD.
Surat ini bentuk penegasan putusan PTUN yang memerintahkan KPU menjalankan perintah untuk menerbitkan surat keputusan (SK) daftar calon tetap (DCT) anggota DPD Pemilu 2019 yang memuat nama OSO di dalamnya.
Baca juga: Yusril: Saya sebagai Kuasa Hukum OSO Bingung Lihat KPU
Menurut Kuasa Hukum OSO, Herman Abdul Kadir, jika KPU tetap tak melaksanakan putusan PTUN, maka Majelis Hakim akan meminta bantuan kepada Presiden dan DPR untuk menegur KPU.
Menanggapi hal itu, Komisioner KPU Ilham Saputra mengatakan, Presiden dan DPR tak punya kewenangan untuk turun tangan dalam persoalan ini.
"Apa kewenangan Presiden dan DPR untuk peringatkan KPU, ya gitu saja. Ya enggak ada kewenangan menurut saya," kata Ilham saat ditemui di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (17/1/2019).
"Kan Presiden setiap kali ada persoalan-persoalan KPU, Presiden tidak pernah intervensi. Termasuk dalam hal hukum PTUN ini," ujar dia.
Baca juga: Langkah KPU Tak Masukkan OSO ke Daftar Caleg Keputusan Kolektif
Meski demikian, Ilham menyebutkan, KPU akan mengikuti apa pun proses PTUN. KPU akan menyampaikan argumentasi keputusan mereka kepada majelis hakim.
Sikap KPU tak memasukkan OSO ke daftar calon anggota DPD adalah pelaksanaan dari putusan Mahkamah Agung (MK) Nomor 30/PUU-XVI/2018 yang melarang pengurus partai politik rangkap jabatan sebagai anggota DPD.
Dalam pandangan KPU, putusan MK lebih tinggi dibanding putusan PTUN.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan