JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Ahmad Muzani menilai, ada semacam paradoks antara hasil survei Pemilihan Presiden 2019 dengan kenyataan di lapangan.
Hal ini disampaikannya menanggapi hasil survei Charta Politika yang menyebutkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengungguli pasangan nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Baca juga: Survei Charta Politika: Jokowi-Maruf 53,2 Persen, Prabowo-Sandiaga 34,1 Persen
"Kalau kami perhatikan, Pak Jokowi katanya unggul, tapi di banyak tempat di mana Pak Jokowi ada kegiatan malah kosong," ujar Muzani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (17/1/2019).
Muzani mengatakan, timnya tidak ambil pusing terhadap hasil survei tersebut. Menurut dia, pada akhirnya hasil Pilpres akan ditentukan rakyat pada pemungutan suara yang berlangsung 17 April 2019.
"Kalau survei tinggi, mana mungkin ada masyarakat yang berani (depan Jokowi) begini-begini (Muzani mengangkat jari telunjuk dan jempol sebagai tanda dua jari)?" kata dia.
Baca juga: Survei Charta Politika: Jokowi-Maruf Lemah di Tingkat Pemilih PNS dan Pegawai Desa
Hasil survei Charta Politika menunjukkan, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebesar 53,2 persen dan Prabowo-Sandiaga 34,1 persen.
Survei digelar pada 22 Desember 2018 - 2 Januari 2019 dengan melibatkan 2.000 responden.
Metode yang digunakan ialah wawancara tatap muka dengan kuisioner terstruktur.Margin of error-nya ialah 2,19 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.