Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jernih Melihat Dunia Bersama Eko Nugroho

Kompas.com - 14/01/2019, 05:43 WIB
Wisnu Nugroho,
Heru Margianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Mengawali tahun 2019, Kompas.com berkolaborasi dengan Eko Nugroho, perupa Indonesia paling menonjol asal Yogyakarta dalam bentuk karya seni berwujud miniatur manusia. Dalam miniatur manusia itu, hampir semua ciri khas "Eko Nugroho" yang mendunia dihadirkan. 

Kolaborasi ini merupakan upaya Kompas.com untuk memberi tafsir baru tagline "Jernih Melihat Dunia" dari pihak lain dalam hal ini perupa Eko Nugroho. Bagi Kompas.com, tagline "Jernih Melihat Dunia" merupakan panduan untuk karya-karya jurnalistik.

Di dalam tagline "Jernih Melihat Dunia", Kompas.com ingin mengajak pembaca melalui karya-karya jurnalistiknya untuk melihat harapan, menghargai perbedaan dan menjernihkan pandangan.

Eko Nugroho, yang lahir di Yogyakarta pada 4 Juli 1977, menuturkan, dua wajah di balik topeng dalam karya seninya menjadi kekuatan utama yang ingin disampaikan. 

Baca juga: Indonesia, Inspirasi Eko Nugroho untuk Louis Vuitton

“Dalam miniatur berbentuk menyerupai manusia ini terdapat dua wajah. Arti dua wajah itu dengan dua pasang mata itu adalah memberikan kelegaan, keluasan untuk melihat dunia secara lebih jernih,” ujar Eko.

Eko NugrohoChandra Pradhitaningrum/Volunteer Kompas MuDA Eko Nugroho
Lebih lanjut, perupa yang mengawali karyanya ke publik lewat komik dan mural di tembok-tembok kota ini menjelaskan, miniatur manusia tersebut memiliki dua tangan dengan bentuk yang berbeda.

Baca juga: Coretan Bening Eko Nugroho di Botol Aqua Reflections

Tangan kiri yang berbentuk capit melambangkan ketegasan dalam mengambil keputusan. Sedangkan tangan kanan yang berbentuk "Gada Rujakpala" merupakan simbol kekuatan. Gada Rujakpala merupakan senjata sakti tokoh Pandawa, Bima.

Membuka ruang baru

Bagi Eko, kolaborasi dengan Kompas.com ini sekaligus membuka ruang baru atau ide-ide segar karena pengabungan dua elemen untuk menjadi kesatuan. Makna baru dan menyegarkan bisa tercipta karena kolaborasi ini.

“Kolaborasi ini menghadirkan karya baru, segar dan mengejutkan. Kalimat 'Jernih Melihat Dunia' yang menjadi tagline Kompas.com memberikan dan menghadirkan makna yang luas bagi karya saya sendiri,” imbuh Eko.

Baca juga: Ini Cara Ikut Kelas Melukis Bersama Seniman Eko Nugroho di Yogyakarta

Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho mengatakan, kolaborasi dengan perupa merupakan upaya Kompas.com membuka diri dan memungkinkan hadirnya tafsir baru atas rutinitas dalam banyak hal. 

"Tafsir baru itu didapat setelah tagline 'Jernih Melihat Dunia' direspons Eko Nugroho. Kolaborasi ini sekaligus bentuk apresiasi Kompas.com atas kiprah Eko Nugroho sebagai perupa yang sejak tahun 2000 yang menerbitkan komik Daging Tumbuh untuk memuat karya komikus muda dan digandakan dengan foto kopi," ujar Wisnu.

Baca juga: Kompas.com Tersertifikasi dalam Jaringan Internasional Penguji Informasi

Lewat karya-karyanya yang tersebar di banyak medium, Eko Nugroho selalu kritis melihat fenomena di sekitarnya. Kekritisannya itu membantu para penikmat karyanya berpikir ulang dalam melihat dunia di sekitarnya dan bersikap. 

“Upaya membantu pembaca lebih kritis yang dilakukan Kompas.com sejalan dengan upaya Eko Nugroho melihat fenomena dan menuangkannya dalam karya. Karena alasan ini, kolaborasi ini dilakukan," ujar Wisnu.

 Inilah kehangatan warga Dusun Anjir di Desa Hargorejo, Kokap, Kulon Progo. Mereka menyambut gembira ketika Hernowo, Kamilah, dan anak mereka bernama Wahyu masuk ke rumah baru sumbangan para pembaca setia Kompas.com. Pemimpin redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho tampak di tengah warga yang ikut sukacita itu.   KOMPAS.com/ DANI J Inilah kehangatan warga Dusun Anjir di Desa Hargorejo, Kokap, Kulon Progo. Mereka menyambut gembira ketika Hernowo, Kamilah, dan anak mereka bernama Wahyu masuk ke rumah baru sumbangan para pembaca setia Kompas.com. Pemimpin redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho tampak di tengah warga yang ikut sukacita itu.
Karya kolaboratif Kompas.com dengan Eko Nugroho dalam wujud miniatur manusia ini bersifat eksklusif dan tidak diperjualbelikan. Kompas.com akan membagikan karya ini sebagai cinderamata bagi mitra. 

Dengan kolaborasi ini, kerja sama dan kemitraan makin meluas untuk menghadapi tantangan baru di era yang terus berubah. Hadirnya banyak pihak yang kritis dalam melihat fenomena yang terjadi akan membantu dunia terlihat lebih jernih.

Terkait kejernihan itu, sejarawan paling banyak dibicarakan saat ini, Yuval Noah Harari dalam buku berjudul 21 Lessons for the 21st Century (2018) mengatakan, "Di dunia yang dibanjiri informasi tidak relevan, kejernihan adalah kekuatan."

"Untuk menghadirkan kekuatan dari kejernihan itu, kolaborasi diperlukan dan perlu diluaskan," ujar Wisnu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KSAU Temui KSAL, Bahas Peningkatan Interoperabilitas dan Penyamaan Prosedur Komunikasi KRI-Pesud

KSAU Temui KSAL, Bahas Peningkatan Interoperabilitas dan Penyamaan Prosedur Komunikasi KRI-Pesud

Nasional
Pengamat Heran 'Amicus Curiae' Megawati Dianggap Konflik Kepentingan, Singgung Kasus Anwar Usman

Pengamat Heran "Amicus Curiae" Megawati Dianggap Konflik Kepentingan, Singgung Kasus Anwar Usman

Nasional
Sudirman Said Berharap Anies dan Prabowo Bisa Bertemu

Sudirman Said Berharap Anies dan Prabowo Bisa Bertemu

Nasional
Marak 'Amicus Curiae', Pakar: Jadi Pertimbangan Hakim MK untuk Gali Rasa Keadilan dalam Masyarakat

Marak "Amicus Curiae", Pakar: Jadi Pertimbangan Hakim MK untuk Gali Rasa Keadilan dalam Masyarakat

Nasional
Menpan-RB Setujui 40.839 Formasi CASN Kemensos demi Kuatkan Layanan Sosial Nasional

Menpan-RB Setujui 40.839 Formasi CASN Kemensos demi Kuatkan Layanan Sosial Nasional

Nasional
Prabowo Disebut Sudah Minta AHY Berikan Nama Kader Demokrat untuk Masuk Kabinet Mendatang

Prabowo Disebut Sudah Minta AHY Berikan Nama Kader Demokrat untuk Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Pangkoarmada I Akan Buat Kajian agar Kapal Patroli yang Dibeli dari Italia Ditempatkan di Wilayahnya

Pangkoarmada I Akan Buat Kajian agar Kapal Patroli yang Dibeli dari Italia Ditempatkan di Wilayahnya

Nasional
Pakar: 'Amicus Curiae' untuk Sengketa Pilpres Fenomena Baru

Pakar: "Amicus Curiae" untuk Sengketa Pilpres Fenomena Baru

Nasional
Densus 88 Polri Kembali Tangkap 1 Teroris Jaringan JI di Sulteng, Totalnya Jadi 8

Densus 88 Polri Kembali Tangkap 1 Teroris Jaringan JI di Sulteng, Totalnya Jadi 8

Nasional
Yusril Tertawa Ceritakan Saksi Ganjar-Mahfud Bawa Beras 5 Kg untuk Buktikan Politisasi Bansos

Yusril Tertawa Ceritakan Saksi Ganjar-Mahfud Bawa Beras 5 Kg untuk Buktikan Politisasi Bansos

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Karangan Bunga Bernada Sindiran Muncul di MK

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Karangan Bunga Bernada Sindiran Muncul di MK

Nasional
Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

Nasional
Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com