JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pramono Ubaid Tanthowi menilai, pelaporan dirinya ke Bareskrim Polri oleh Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief merupakan bagian dari risiko pekerjaan.
Ia akan mengikuti seluruh prosesnya.
"Ini risiko pekerjaan yang bisa menghampiri siapa saja. Bagi saya pribadi enggak menganggu fokus saya pribadi dalam mempersiapkan tahapan-tahapan pemilu 2019," kata Pramono saat ditemui di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (10/1/2019).
Meski dilaporkan, ia berjanji akan tetap fokus pada persiapan penyelenggaraan Pemilu 2019.
Pelaporan itu, kata Pramono, tak mengganggu fokusnya sebagai bagian dari institusi penyelenggara pemilu.
Baca juga: Sekjen PSI: Andi Arief Bereaksi Membabi Buta untuk Bela Diri
Sebagai salah satu komisioner, Pramono punya tugas untuk mempersiapkan logistik pemilu. Saat ini, KPU masih berkonsentrasi pada pengadaan beberapa jenis logitsik.
"Saya harap kasus-kasus yang kasus pelaporan saya itu tidak sama sekali mengganggu konsentrasi saya untuk melaksanakan tahapan-tahapan pemilu ke depan," ujar Pramono.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief melaporkan seorang Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pramono Ubaid Thanthowi Ubaid ke Bareskrim.
Laporan diajukan ke Sentral Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Bareskrim Polri, Jakarta Pusat, Rabu (9/1/2019).
Kuasa hukum Andi Arief, Haida Quartina mengatakan, Pramono diduga melakukan pencemaran nama baik melalui media elektronik.
Baca juga: Andi Arief Laporkan Komisioner KPU Pramono Ubaid Tanthowi dan PSI ke Polisi
“Hari ini kami melaporkan PSI (Partai Solidaritas Indonesia) beserta Bapak Pramono Ubaid Tanthowi selaku komisioner KPU,” ujar Haida usai membuat laporan.
Haida menyatakan kliennya tidak melakukan penyebaran berita bohong terkait kabar tujuh kontainer surat suara yang tercoblos.
Sebelumnya, Komisioner KPU Pramono Ubaid Tanthowi menyebut, kicauan Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief soal 7 kontainer surat suara pemilu yang tercoblos sudah direncanakan.
Andi, kata Pramono, sudah lebih dulu 'mendesain' pilihan kata yang digunakan di akun Twitter miliknya.
Hal itu dilakukan demi menghindar dari tanggung jawab tersebarnya berita bohong surat suara yang tercoblos.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.